31 Desember 2015

Page 365 of 365: 2015 is DONE! :)

*agak memaksakan melek*
*mulainya 23:29*
*padahal besok harus ke malang*
*tapi hamba gak apa-apa*
*beneran*
*padahal mau posting-nya 31/12/15*
*maunya detik-detik terakhir tanggal 31*
*malah ini detik-detik setelah tanggal 31*
#yaudah
#akumahorangnyagitu


.....jadi,
HAI. 

Kayaknya lama sekali saya nggak buat beginian. Iya, cuap-cuap gak jelas di tengah malam. Dan anyway, ini sudah akhir tahun. AKHIR TAHUN. A KHIR TA HUN. Really really akhir tahun banget. 

Banyak sekali hal yang sudah dijalani selama setahun. Yang pasti sih... ekhem.... jomblo single aka ke mana-mana sendiri aka gak punya pacar. Tapi saya orangnya mah gitu, ngga apa-apa kok.
#padahalgalau
#dibaperinterus
#baperan

Jadi, seperti sebelum-sebelumnya, saya selalu membuat posting resolusi 201-----sekian dan sok sok flashback dikit setahun ini bagaimana saja. 




Enaknya mana duluan ya?




2015.
Ehm, jadi 2015 ini semacam, yah, lebih ke arah malesan banget. BA NGET. Mau posting aja malesnya luar biasa. Apalagi belajar. Beuh
Dan sudah bukan jamannya ask.fm yang ngasih question to all semacam 'resolusi 2016 apa kak'. Sudah tidak jaman, eh?
Yang pasti sih, buat musik kayaknya masa kejayaan banget (BUT WHY AKU MASIH TIDAK BISA KE KONSERNYA TAYLOR SWIFT WHYY???????). Playlist saya akhirnya diterima kalangan banyak aka keluarga yang selalu protes 'musikmu kok suara drum doang sih yang nyanyi mana???'. 
Film-film indonesia juga tambah bagus-bagus. BENER-BENER BAGUS. Dan aku masih bertanya kenapa harus pada akhir tahun semua numplek???? Duit mana duit?????
Oh ya, selama 3 tahun SMA dan mengenal det-con, tahun ini pula saya nggak dateng SAMA SEKALI karena begitu banyak 'besok ah' tapi ga jadi sampai bahkan sudah diumumin yang menang aja masih males ke sananya. Syedih. (tapi gak terlalu nyesel sih begitu ada yang bilang 'tahun ini ga seseru tahun lalu' like.... oke.... nyesel sedikit doang)


2016. Hm. 
Barusan saya menemukan ini: 
My goal for 2016 is to achieve the goals of 2015 which i'd have done in 2014 as i promised in 2013 and planned in 2012.

YA BENAR. 
BAHKAN SAYA LIHAT POSTING RESOLUSI SAYA YA GITU-GITU AJA. 
#maafganyante


Jadi sebenarnya, resolusi itu gimana sih? Selama ini ya resolusi paling.. tambah baik dari sebelumnya (GAK KREATIF AMAT SIH). Dan kayaknya gitu-gitu aja. Kok selama ini kayaknya aku melewatkan tahun baru itu jomblo gitu. Saya sendiri ya gak paham. Kapan punya gandengan pas tahun baru? Kapan? (padahal habis mikir gak usah punya pacar dulu aja #maafanaknyalabil) 




Jadi ini posting resolusi paling gak jelas. Gak ada wishes penting sih. Semacam yah, better life ahead aja. Semoga masuk PTN (khususon ITS), nem bagus, bisa membanggakan kedua orang tua, dan lain-lainnya yang sama terus setiap tahun. 

Apa lagi ya? Ya pokoknya semoga ke depan lebih produktif lagi nulis di sini dan di...suatu website untuk menulis. Di tumblr. Di polyvore. Jangan lupa dilihat dan di-follow ya guys. Link nya ada di 'Hello!'. 

Dadah 2015! 
Page 365 of 365: 2015 is DONE :)

Mari kita mulai dari 0 lagi ;)
#kayaklebaranaja
#udahabaikan
#maafgajelas
#hambalelah
#mwah

28 Desember 2015

Tak lagi muda.

Entah kita yang lupa,
atau memang kita menolak untuk mengakui.


Tapi nyatanya, 
bukan hanya kita yang bertambah tua.
Kedua orang yang selalu menyayangimu tanpa balas pun juga.

Waktu bukan berjalan mundur,
dan masa-masa mereka telah lewat.
Ingatlah mereka tak lagi muda,
mereka tak lagi seperti dulu.

Dan belum tentu setelah ini,
kamu masih bisa melihat senyumnya. 






Dedicated to all parents around the world.
Khususnya orang tua saya,
yang mungkin juga gak bakal saya ijinin baca ini,
karena saya orangnya gengsian. #maafkan

23 Desember 2015

After all these years.

Kali ini, aku ingin memutar waktu kala aku melihat dirinya dahulu. 

Aku tidak pernah tahu kamu datang dari mana, namun tiba-tiba hari itu, kamu adalah pusat segala penglihatanku. Aku terkagum. Bahkan aku sempat bertanya dalam hati, apakah kita sekelas? Bodoh memang, selama itu, aku baru memperhatikan dirimu. 

Kamu yang menjadi pertama kala penilaian lari. Satu hal yang aku juga cintai saat itu. Aku tidak pernah tahu, dari rasa kagum itu bisa berubah hingga sebuah perasaan yang tidak terdefinisi. Suka kah? Cinta kah? 

Dan, ya, kamu selalu jadi yang pertama, bahkan untuk hatiku. 

Aku tidak pernah mencoba untuk membuatmu mengerti, karena aku paham, ini bukan perasaan yang sepatutnya kurasakan ketika aku masih belum saatnya merasakan. Lagipula, aku senang kok melihatmu dari jauh, karena setelah aku menyadari kita sekelas, kita tak pernah lagi berada di kelas yang sama. 

Aku masih ingat kala itu, jenjang terakhir sekolah kita. Akhirnya aku bisa dekat denganmu. Masih segar dalam ingatanku kalau ternyata dirimu juga memiliki perasaan yang sama. Lucunya, kita tak pernah menjadi orang lain yang melabeli status kita. Kita ya tetap kita, yang berada di dunia yang berbeda walau memiliki segudang rasa dan memori. 

Ingatkah kamu, ketika mereka menjahili kita berdua? Sepatu yang sengaja ditali, sorak-sorai ketika aku melewatimu, dan berbagai kenangan lainnya itu. Aku sering kali mencuri pandang, melihatmu yang sedang bercengkerama. Walau dahulu tidak pernah aku berniat untuk menyimpan potretmu dalam benakku, ternyata takdir kali ini yang mengharuskanku. 

Saat itu aku terlalu takut. Aku ingin mundur. 
Tapi kamu tetap menggapaiku, berkata semua tidak akan apa-apa. Seakan kamu adalah dewa yang sudah bisa memprediksi ke depannya. Padahal, dewi fortuna tidak pernah memberi kita waktu sekadar menikmati hari berdua. 

Karena kamu pergi begitu saja. Masih jelas dalam ingatanku kamu hanya bertahan beberapa saat. Lalu kamu menyerah. Kamu pergi. Kamu memilih untuk tidak memperjuangkan apa yang pernah kita rasakan bersama. 

Bertahun-tahun aku tak pernah melihatmu. Bertahun-tahun pula aku menerka. 
Sebenarnya, apa yang kurasa sampai saat ini? 
Rasa rindukah? Cintakah? Kagumkah?
Atau hanya penasaran.... bagaimana apabila takdir memberi kita ruang untuk make it works?

Sudah berkali-kali aku mencoba untuk melupakanmu. Nyatanya, aku masih seringkali membandingkan mereka dengan sosokmu tanpa kusadari. Tanpa sadar, lagi-lagi kamu yang selalu ada. Selalu menjadi pembanding karena hanya kamu, yang membuat segalanya menjadi 'pertama' untukku. 

Kadang aku bertanya, apakah kamu juga pernah merasakan hal yang sama denganku? Bertanya-tanya apa yang pernah kita rasa ini? Memikirkan bagaimana kabarku di sini?

Aku pernah bertanya pada hatiku, bagaimana bila sampai nanti, aku tidak bisa melupakanmu?
Dan aku tidak menemukan sebuah jawaban. 
Tidak bisa menjawab dengan segala kemungkinan yang ada. 
Pernah kan, aku berkata, aku tidak bisa menaruh percaya pada kemungkinan. 


Dan bagaimana apabila after all these years, I can't get over you

7 Desember 2015

0,1%.

Aku paling tidak suka dengan segala bentuk kemungkinan. 
Karena di antara kemungkinan itu, ada ketidakpastian yang menyiksa. 



Orang bilang, akan masih ada banyak kemungkinan-kemungkinan di hidup ini. Sebanyak apapun itu, walaupun mereka mampu bilang sebesar 99,9999% pun, aku tetap enggan mempercayakan hidup saya pada kemungkinan. 

Pernahkan kamu berpikir, ketika kamu diberikan sebuah kemungkinan sebesar 99,9% itu, kamu yakin bahwa 0,1%-nya tidak akan menghampirimu? Bahwa sekecil apapun itu, mungkin saja, dalam keadaan bad luck-mu, itulah yang akan kamu terima. 

Hidup memang penuh dengan ketidakpastian, memang. Kepastian hanya hal yang sudah terjadi. Tapi, setidaknya, buatlah hidupmu penuh kepastian. 




Apalagi, kepastian untuk si dia yang menunggumu. 

2 November 2015

Kembali.

Aku tidak percaya akan pertanda, aku harap kamu pun begitu. 
Namun akhir-akhir ini alam memberikan banyak sekali pertanda. Alam kembali mempertemukan dua hati yang telah lama terpisah. Ada pertemuan-pertemuan kecil di mana akhirnya, kita berdua bertemu kembali. Nostalgia jaman dahulu tak terelakkan, ditambah bahwa dunia ini masih sama seperti kita saat masih bersama. 

Aku ingat kali itu, kita bersebelahan. Cerita-cerita mengalir sederas air terjun yang menciptakan pelangi. Ada masa yang ternyata kita lewati tanpa kamu atau aku di dalamnya. Ada masanya kamu bersama perempuan lain, begitu pula aku dengan pujaan hati yang lain. 

Dan ada masanya pula, kita saling rindu.
Namun lisan enggan berucap.

Seketika itu kita tahu, alam tidak pernah hanya memberi pertanda. Alam tidak pula hanya mempertemukan kita untuk sebuah kebetulan. Aku tahu ini klise, namun rasanya bersamamu, aku tak ingin yang lainnya lagi. Semuanya terasa paslengkap, walau terlihat sederhana. Hari-hari penuh kebahagiaan itu tak pernah bisa berbohong. 

Ingin sekali aku percaya kala kamu berkata semua akan baik-baik saja. Bahwa dengan kamu, aku hanya perlu percaya kalau Tuhan memang memberikan jalan untuk kita. Ingin aku percaya begitu melihat kedua bola mata jujur itu. 

Tapi, akankah semua akan berakhir seperti apa yang kita inginkan? Keraguan toh tetap ada, karena hati ini telah rapuh oleh kepercayaan-kepercayaan yang menguap. Ada kata "selamanya" yang akhirnya kupertanyakan, seberapa lama selamanya itu?

Ingin aku percaya.
Dan kali ini aku hanya ingin percaya padamu.
Bahwa kali ini, hatiku memiliki tempat berpulang. 
Padamu.

22 Oktober 2015

Ternyata:

Ternyata kamu masih ada di sini,
ternyata kamu masih ada di dalam memori.

Ternyata kenangan itu masih belum mengkristal, 
sejalan dengan hatiku yang membeku.

Ternyata waktu hanya berjalan searah,
tanpa membawa sisa-sisa perasaan kala itu.

Ternyata,
selama ini,
masih ada kamu di hatiku.
Entah mengapa.

5 Oktober 2015

(Don't) Light up the dark.

Gelap.
Aku sering bertanya-tanya mengapa hampir sebagian orang takut akan kegelapan? Meski sekali pernah saya juga rasakan, tetapi tak pernah 'setakut' mereka yang bahkan enggan untuk di dalamnya. Apa yang perlu ditakutkan? Sesuatu yang akan muncul dan membawa mimpi buruk?

Bagi saya, gelap adalah sebuah batas dimana saya bisa menjadi saya yang banyak dengan kata-kata. Saya yang terlempar dari kehidupan nyata, yang benar-benar penuh drama. Kegelapan juga membawakan saya kepada satu hal yang mahal untuk didapatkanmelihat bintang. Walaupun untuk saat ini, probabilitas untuk melihat bintang dengan mata telanjang kayaknya juga mulai menjadi hal yang sangat sulit. 

Bintang saja, butuh gelap untuk menunjukkan dirinya.
Kenapa orang-orang begitu takut?

Dalam gelap pula, pikiran saya selalu berkelana. Entah meraba masa depan yang rasanya terlalu jauh. Atau kembali memutar kaset lama tentang cerita yang sudah lalu. Atau hanya berandai-andai tidak jelas. Banyak yang bisa kita lakukan ketika gelap. Ketika dunia bukan lagi nyata tak juga maya, kita di ruang antara kesadaran. 

Banyak pertanyaan yang kerap kali muncul. Berbeda-beda setiap harinya. Mempertanyakan apa sih makna hidup? Kenapa kita harus jatuh cinta? Kenapa nggak bangun cinta? Kenapa kita harus begini? Kenapa kita harus begitu? Pikiran saya berkelana, mencari jawaban. Walau rasanya mustahil ketika kamu berada di ambang kesadaranmu yang kian menipis. 

Pernah saya sekali memutar sebuah jejaring sosial kembali pada jaman 'susah'. Ternyata dunia ini begitu cepat berputar, ya. Banyak hal yang sudah terjadi, sadar atau nggak sadar (walau kenyataannya kayaknya semua saya sadar-sadar aja). Banyak hal yang sudah berubah. Dan ternyata, perubahan tersebut adalah orang-orang yang dulu sangat dekat dengan kita. Orang-orang yang kerap kali datang setiap saat, mungkin sampai setiap detik. Mereka yang menjadi sandaran kamu ketika kamu merasa 'he/she is the one'. Walau akhirnya melebur sudah dengan kenangan. 

Ada lagi hal yang ternyata sudah terlewati, dan rasanya kini susah kembali untuk kugapai. Hal-hal itu terjadi ketika saya bahkan tidak pernah ingat pernah saya alami. Masa kecil. Adalah masa-masa ketika kamu bebas menjadi apa yang kamu mau. Tidak peduli apa yang akan orang bilang tentang kamu. Tidak peduli seberapa besar hal yang akan menghalangi kamu. 


Mungkin kamu bertanya-tanya. apa sih tujuan saya nulis ini?
Saya pun nggak tahu. 

Yang saya rasakan saat ini adalah kelelahan luar biasa. Lalu gelap melingkupi namun nyatanya enggan untuk beristirahat. Yang ada, malah jadi over-thinking. Kemana-mana. Dan ternyata, hanya dengan dalam kegelapan saya bisa istirahat akan berpikir yang monoton. Seakan membuka kotak pandora yang berisi jutaan ide yang tidak pernah terpikirkan. 

Mungkin sudah seharusnya saya nggak pernah mengejar kamu. nggak pernah berharap sama kamu. Atau meminta apa-apa padamu. Karena nyatanya, kamu nggak pernah menyikapi satu hal pun. Tapi gimana kalau saya tidak bisa untuk mengalihkan pandangan saya dari kamu? Yang kemungkinan untuk bertemu seperti 99,9% dari kemungkinan-kemungkinan lain. Kenapa? Kenapa bukan pada orang yang mencintai saya tulus saya jatuhkan rasa ini? Bagaimana bila sampai nanti, aku bahkan nggak bisa menghapus jejak kamu? Aku harus apa?

Dan ketika lampu akan menyala keesokan harinya, saya akan kembali pada dunia saya. 
Pikiran monoton.
Hari yang monoton. 
Kehidupan yang tidak ada semangat. 


Dalam gelap (dengan pencahayaan laptop),
dengan list lagu yang nggak jelas.
Lebih-lebih ada Writing's on the Wall yang radak nganu.
Saya rindu kamu yang dulu.

27 September 2015

Make your move.

Kadang manusia itu kurang ajar nggak nyadarnya. 
Atau nggak peka.
Atau... ya kurang ajar aja. 

Apakah mereka sadar, menanti itu nggak enak? Sesabar apapun orangnya, sebanyak apapun orang itu berkomitmen akan menunggumu dengan berkata "take your time to think", atau sampai yang bahkan tidak berkata apapun namun cuma menunggu kamu untuk make your move (seperti aku). 


Karena ya... benar-benar menunggu itu nggak enak, Dear
Apalagi yang nggak pasti. 

Mungkin aku berkata seperti ini, mungkin kamu-kamu juga sedang menunggu si dia. Mungkin aku juga kurang ajar berkata seakan-akan aku nggak ada di posisi kamu yang kutunggu. 

Tapi seenggaknya, nggak bisa ya kasih sedikit kepastian atas hati orang yang menunggu?
Entah dia menunggu untuk kamu berubah, menunggu kamu untuk berkata sesuatu yang mungkin akan membuat orang itu lega, atau menunggu kamu memutuskan cinta mana yang kamu pilih. Karena sayangnya, orang yang nunggu kamu itu juga suatu saat akan jenuh. 

Aku (dan mungkin orang lain yang menunggu) akan pergi karena lelah. Mungkin kami--aku--belum dapat kepastian dari kamu.

Aku pernah membaca bahwa kesabaran itu tidak ada batasnya, namun manusialah yang membatasinya. Namun, bagaimana bila ia sudah jenuh menanti? Bagaimana pada akhirnya dia juga ingin bahagia tanpa menunggu seseorang? Ingin mencintai dan dicintai tanpa penantian panjang, yang malah terkadang sia-sia.

Bukankah semuanya sama? 
Tidak ingin ada penantian panjang untuk kepastian?

16 September 2015

Memori.

Dari hal-hal yang pernah kulewati,
ternyata yang paling menyakitkan adalah memori. 

Pernahkah kamu membuka beberapa album lama, berisikan foto-foto tentang hal-hal yang kamu lalui? Apa yang kamu rasakan? Pernahkah kamu iri dengan potret dirimu yang masih tersenyum manis di sana? Tanpa beban, tanpa tekanan. 

Aku selalu iri dengan potretku sendiri di dalam album itu. Mengapa aku pernah merasakan kebahagiaan tersebut, apabila itu hanya sementara? Karena bagiku, ke-sementara-an tersebut justru menyakitkan. 

This world runs too fast
Seakan masa bahagia itu hanya angan-angan yang selalu kuimpikan. Suatu hal yang mustahil kembali kurasakan. Dan ternyata, people change. Tidak ada lagi orang-orang yang dahulu menjadi sandaran lagi. Tidak ada lagi orang-orang yang setiap hari membuatku tertawa lepas. 

Memasuki ruang ini membuatku menjadi sesak. Sesak akan ketidakpedulian yang membayangi. Duduk di ruang makan sendiri, menatapi kursi-kursi yang tak terisi seperti dahulu. Dentingan sendok ternyata masih enggan membunuh sepi yang kini menjadi temanku. 

Kosong.
Itulah yang selalu kurasakan begitu aku pulang. Kata orang, istilah 'pulang' dan 'rumah' itu adalah satu paket yang selalu diidam-idamkan orang. Tapi ternyata, kata 'pulang' pun kini tak berarti apa-apa. Aku pulang, namun sunyi ini terlalu menyiksa sehingga rasanya, ini bukan lagi tempatku berpulang. Tempat yang dulu kusebut rumah. 

Berbahagialah kamu, yang memiliki rumah seperti yang kuidamkan.
Yang hangat dan penuh kebahagiaan. 


Oh ya, aku berbicara memori ya?
Ternyata memori memang menyakitkan. Karena setiap kali aku melihat kembali potret-potret di dinding, aku menyadari semua sudah berlalu. Semua sudah menjadi satu kenangan yang mungkin, di masa depan, aku tak pernah bisa lagi menggapainya. Tidak bisa lagi merasakannya. 

Yang menjadi luka adalah, ketika kamu menyadari hanya kamu yang tersiksa dengan perasaan ini. Orang-orang di sekitarmu ternyata hidup baik-baik saja dan tetap tak peduli.



Dedicated to all of people yang merindukan hangatnya rumah,
yang merindukan seseorang (atau mungkin banyak orang?)
yang ternyata sudah tidak peduli lagi.

Ditemani lagu Christina Aguilera - Hurt,
yang sukses bikin baper.

17 Agustus 2015

Selamat 17 Agustus!

kami memang tidak perlu untuk angkat senjata
untuk memperjuangkanmu

tidak perlu berteriak "Merdeka Atau Mati"
untuk mengobarkan semangat para pemuda-pemudi

tidak perlu lagi untuk menyeberang mencari tempat 
untuk kita berlindung sejenak di tengah medan perang


namun inilah medan perang kita sendiri
mencari tempat menjadikan Indonesia bersatu
dan dikenal dunia

mencintai bangsa kita, tanpa memandang suku
atau agama dan warna kulit
mencintai tanah tempat kita dilahirkan
bersama ribuan anak bangsa yang juga setanah seperjuangan

kita bisa, kita maju
bersama, di tanah ini kita menjadi satu
merdeka negeriku
cintaku padamu tidak akan sirna oleh waktu


-- Dirgahayu Indonesia ke - 70 --
MERDEKA!

16 Agustus 2015

Ended.

Aku berdiri di pinggir ruangan yang kini gemerlap akan cahaya temaram. Lampion warna-warni mempermanis lantai dansa yang kini diisi sebagian keramaian ruang ini. Berdansa mengikuti irama yang menjadi langkah mereka. mataku tak lepas dari sosok tinggi dengan jas abu-abu itu. Cinta tak terbalasku

Tak kurasa, lagu baru mengalun pelan. Membawa satu lagu penuh kenangan itu. 
i love it when you just don't care
i love it when you dance like there's nobody there
so when it gets hard don't be afraid
we don't care what them people say 

Kamu berdansa dengannya mengitari lantai dansa. Alunan lambatnya membawa sang waktu agar berhenti. Seluruh ruang terasa hanya milikmu dengannya. Tidak salah kamu jatuh cinta padanya, nyatanya memang dia layak dicintai. Dia... memang tepat untukmu. 

i love it when you don't take no
i love it when you do what you want cause you just said so
let them all go home, we out late
we don't care what them people say 

Aku hanya bisa berdiri di sini, menyesali kesempatan yang kulalui. Menyesali kenangan yang bahkan baru saja kucicipi awalnya. Egois memang dahulu, namun apalah arti ego kali ini, kalau hati tidak bisa berpaling? Kamu yang selalu ada di hati. 

Masih ingatkah kita dahulu berdansa juga di bawah guyuran hujan di lantai teratas gedung ini? Aku masih ingat. Bahkan lagunya pun belum berubah. Hanya waktu yang sudah merubah siapa yang kini berada dalam pelukan hangatmu. 

we don't have to be ordinary
make your best mistakes
cause we don't have the time to be sorry
so baby be the life of the party
i'm telling you to take your shot 
it might be scary
hearts are gonna break 
cause we don't have the time to be sorry
so baby be the life of the party

Mungkin memang aku bodoh, melepasmu untuk mencari kebahagiaanmu. Tapi bukankah manusia memang begitu? Terkadang melepaskan kebahagiaannya demi melihat senyum orang yang dicintainya. Senyum yang mungkin tidak pernah bisa kulukiskan di wajahmu. I'm telling you to take your shot, it might be scary. Ya kan? Tapi kulihat semuanya berjalan lancar. Bahagia kalian di lantai dansa menjadi buktinya. 

Hearts are gonna break, cause you don't have the time to be sorry. Tidak apalah, aku di sini akan terus mendoakan kalian. Walaupun patah hatiku tak bisa kuobati sendiri. Kamu tidak perlu nantinya meminta maaf atas luka ini, toh aku yang melepasmu agar kamu bisa menggapai bahagiamu. 

together we can just let go
pretending like there's no one else here that we know
slow dance, 
fall in love as a club track plays
we don't care what them people say 

Dia menari dalam benakmu, ya kan? Aku bisa melihat binar bahagia di matanya. Aku yakin, kamu juga bisa melihatnya. Dan sepertinya, itu hanya untuk kamu yang bisa membuatnya tersenyum. 

Aku mundur selangkah dari keramaian. Aku tahu, semenjak kujejak hatiku di ruang ini, aku sudah kalah dari dia. Bahkan jauh sebelum undangan ini datang di depan rumahku. Nama kalian berdua ditulis dengan apik di dalamnya dengan tinta emas. Pernikahan. Bukankah ini sudah final?

Hatiku sudah tidak memiliki tempat untuk berlabuh.

come out tonight, come out tonight
there's no one standing in your way
come out tonight, come out tonight
we don't care what them people say 

Aku ingin sekali berbahagia pula untukmu di hari spesialmu. Tapi, hati mana yang tidak menangis melihat cintanya pergi, tanpa ia pernah perjuangkan?

Aku dengar lagunya berakhir. Kamu dan dia masih berada di tengah lantai dansa, disorot oleh beratus-ratus pasang mata yang menatap bahagia pada kalian. Lalu kamu menoleh, mencari sesuatu. Sampai akhirnya kamu menemukan tempatku bersembunyi. 

"Terima kasih," ucapmu tanpa suara. Aku tersenyum tipis. 
Bukankah itu gunanya sahabat?, ujar hatiku sinis. 



-- inspired by Shawn Mendes' song titled Life of the Party --
untuk kamu yang terjebak pada status sahabat, teman, dan sebangsanya.

26 Juli 2015

Page 207 of 365: H-1.

Jadi, sekarang sudah H-1 masuk sekolah.
Dan...

SAYA KELAS 12!


Ternyata, sama seperti pas junior high school. 3 tahun itu nggak kerasa banget. Tau-tau udah jadi senior, dihadapkan ujian akhir lagi, memilih sekolah baru lagi. Ups, bukan sekolah lagi. Kampus. Mencari teman baru lagi, suasana baru lagi, mungkin pacar baru lagi? Ehe. 

Yah, sampai detik ini pun masih galau milih jurusan. Mau jadi apa aja masih bingung. Kayak semua bayanganku ini masih carut marut, gak ada yang jelas. Ada yang jelasin jurusan ini, tertarik. Jelasin jurusan itu, tertarik. Jurusan anu, tertarik. Kan ribet :(

Well, mungkin sudah terbilang jaaaaaaaarang sekali posting di blog. Banyak sih ide-ide yang mau ditulis, tapi terkadang sudah menguap saking lamanya tidak megang laptop. Yep, liburan Juli ini keluar kota tanpa bawa laptop. Jadilah, penyesalan teramat dalam karena tidak bisa posting (dan mengalami kebosanan tanpa internet). 

Mungkin agak ke depannya bakal juga jarang sekali untuk posting, mengingat ini untuk masa depan. #tsah

Yha. 
Sejauh mata memandang sih, selalu belum siap untuk menghadapi jenjang baru. Selalu sih, gak cuma sekarang aja. Ditunjang belum bisa bangun pagi, kayaknya emang masih mode liburan. 



SEMANGAT LIN!!

7 Juli 2015

Home

Bergelas-gelas alcohol yang mampir di tanganku tak jua mengantarku pada suatu titik yang orang bilang 'mabuk'. Tak jua terasa diriku melayang-layang, melupakan bayangmu yang nyatanya masih membekas. Hanya rasa hangat menyelimuti tenggorokan, dan suara riuh diskotik yang tidak mengenal waktu. Bukankah aku terlihat seperti orang putus asa?

Bahkan senyummu kini menjelma menjadi bayangan yang tercetak dimana-mana. Di sana-sini hanya ada wajahmu, dengan senyum hangat yang dulu kudapatkan dengan mudah. Senyum yang menjadi canduku. Senyum yang membuatku merasa... hidup ini akan baik-baik saja. 

Kembali kusodorkan gelasku yang telah kosong kepada bartender yang ingin sekali menggelengkan kepalanya. Aku beranjak, mengerti mungkin aku sudah tidak bisa berpijak dengan benar. Namun tetap saja, mengapa susah sekali untuk benar-benar mabuk dan melupakan semuanya? Melupakan luka yang telah kutorehkan dan membuatmu pergi? Mengapa sulit sekali untuk hidup tanpa bayang-bayangmu?

Aku berjalan di tengah malam yang dinginnya kian menusuk. Memandangi langit malam yang kini rasanya kian pekat. Dulu sekali, kita pernah berjalan bersama menikmati semilir angin malam. Bercanda bersama, melihat langit malam yang bertabur bintang, dan lain sebagainya. Bukankah itu semua menyenangkan? Tidak perlu candle light dinner di tempat bergengsi. Cukup bersamamu, semua terasa 'benar' untukku. 

Apakah memang benar, cinta tak pernah bisa menjadi satu hal yang kupertahankan?
Bahkan mungkin, cinta itu sendiri enggan menghampiriku. 


Dan lagi-lagi, kamu di sana. Memapahku pulang. Memberiku kehangatan dalam pelukmu. Memberiku segalanya. Setelah apa yang telah kulakukan untukmu. 

"Semuanya akan baik-baik saja, Sayang."
Dan memang, semua selalu kembali baik-baik saja, walau kita sendiri tahu, hubungan kita tidak pernah baik-baik saja. Karena lagi-lagi kamu akan pergi, dengan raut kecewa. Dan aku akan kembali seperti ini, setengah mabuk dan kamu kembali di sini. 

Karena hanya kamu, rumahku untuk berpulang, Cinta. 

20 Juni 2015

Ambyar part I.

Aku melihat ke dalam manik matamu,
mencari adakah sedikit yang kau rasa untukku.
azerlindak
Harusnya aku tahu,
aku sudah kalah sebelum aku bahkan memulai
untuk memperjuangkanmu. 


[insert emoticon sok tegar]

6 Maret 2015

Jenuh

Pernahkan dalam satu fase hidupmu,
kamu merasakan jenuh yang tak terbendung?
Kamu merasakan lelah yang tidak bisa kamu genggam lagi.

Tapi terkadang juga hal-hal tersebut,
tidak memiliki alasan.
Sehingga di saat ada seseorang pun,
lisan tak bisa berkata.
Seakan-akan itu terjadi begitu saja.

Terkadang aku hanya ingin ada seseorang
yang mampu mengerti tanpa bertanya "mengapa?"

27 Februari 2015

Di penghujung bulan penuh cinta.

Kamu tahu kebodohanku?
Hanya satu, masih menantimu meskipun aku tahu tak ada gunanya menunggumu. Kamu hanya datang ketika kamu rindu, yang selalu kutanggapi dengan hati berbunga-bunga. Kamu hanya datang ketika tidak ada dia yang menemanimu nun jauh di ujung Jawa sana. Kamu datang, ketika aku hampir berhasil hidup tanpa bayangmu. 

Entah kenapa terkadang kita ini lucu. 
Cinta kita hanya cinta monyet yang kata orang bisa tergantikan dengan mudah. Namun kenyataannya, aku bahkan tidak bisa melupakan cinta yang sudah bersemayam sejak lebih dari enam tahun yang lalu. Gila bukan? Selama itu, mungkin ada yang silih berganti menemani, namun toh kenyataannya kamu tetap ada di sana. Di pelosok hati yang terkadang berdebu, namun tak pernah luput dari pandangan. 

Mungkinkah kali ini kamu sedikit melihatku, menjadikan aku 'ada' dalam benakmu? Tanpa perlu lagi aku menanti hal yang tak pernah aku rasakan. Tanpa perlu lagi aku merasa sendiri di saat semua orang ada di sekelilingku. 

I'm dying to know is it killing you like it's killing me? 

4 Februari 2015

Bertemu, untuk kembali terpisah.

Baiklah. 
Mungkin sudah sekian lama kita tak pernah berbincang lagi. Kini, kita duduk berdua dalam kafe yang masih enggan membalikkan kata open di pintunya. Kopi yang kupesan tak lagi panas, namun juga tidak lagi penuh. Kita seperti lupa caranya memulai percakapan kecil, like we used to

Biasanya kita akan memulai dengan cerita-cerita kecil. Namun kini, mungkin terlalu banyak cerita yang telah kamu lewati, ataupun aku, sehingga mungkin pula terlalu banyak cerita yang ingin kita sampaikan. Masih, sunyi melingkupi kita berdua. Ingin rasanya memulai, ah, namun gimana kalau kamu juga ingin memulai? Hmm


Lalu kita berdua memulai dengan berkata, "Bagaimana kabarmu?" bersamaan. Lalu kita tertawa bersama. Oh, ternyata tawamu masih seperti dahulu. Mungkin tak lagi ada behel yang mempermanis, namun tetap, tawa itu tetaplah tawa yang dulu membuatku jatuh cinta. 

"Aku baik-baik saja, seperti yang kamu lihat," katamu. Aku mengangguk, tak melihat ada yang kurang darinya, mungkin hanya bertambah dewasa. Dan suaranya makin berat, mungkin akibat dari puber. "Bagaimana kamu sendiri? Keliatan kurusan nih. Dietnya berhasil?" Aku menoleh, melihat wajahmu yang jenaka. Lalu aku tersenyum kecil. 

"Oh ya? Waaah dietku berjalan lancar nih kayaknya. Fine, I'm always fine kok." Dan kamu hanya mengangguk kecil dan menyesap kembali es teh yang kamu pesan tadi. 

Dan mengalirlah cerita-cerita kecil tentang semua hal yang kita lewatkan tanpa ada 'kita' lagi. Menertawai kebodohan-kebodohan kecil, lalu kembali berbagi cerita lagi. Berlomba-lomba melontarkan cerita semenarik mungkin. 

Tapi aku sadar, akhirnya kamu pun akan lebih banyak diam nantinya. Memperhatikan aku bercerita. Melontarkan tawa ketika aku akan bertindak lucu. Ah ya, aku masih ingat. katamu dulu, kamu selalu suka dengan ekspresi jenakaku. Apa sekarang masih?


Malam pun seakan terlalu cepat untuk kita berdua. Jam di dinding kafe yang buka 24 jam ini berdentang dua kali, sudah jam dua pagi. Aku menguap kecil. Ternyata kopi yang kuminum tak berpengaruh banyak. Kamu tertawa kecil. "Kamu seperti anak kecil nguap kayak tadi."

Kamu berdeham sejenak lalu kembali berkata, "Maaf ya aku nggak bisa nemenin lama, nanti siang aku harus kembali." Lalu aku membatin, did you mean we have to come-back to our 'now' life? Haruskah kita kembali terpisah jarak dan waktu, lalu memendam rindu yang selalu bertanya kapan kita bisa bertemu kembali. 

"Iya nggak apa kok." Bohong. 
Pintar sekali aku berbohong. Aku yakin sedetik setelah kita berpisah nanti, aku tidak akan tidak-apa-apa seperti apa yang baru saja aku ucapkan. 


Dan ternyata mas atau mbak yang menjaga kafe ini mengerti keadaan dua manusia yang pernah bersama ini. Tak lama, sebuah lagu mengalun menemani perbincangan kita kali ini. 

This is our last night but it's late, and I'm trying not to sleep
Cause I know when I wake, I will have to slip away

And when the daylight comes I'll have to go
But tonight I'm gonna hold you so close 
Cause in the daylight we'll be on our own
But tonight I need to hold you so close

Ya, kamu akan pergi lagi kan? Kita akan kembali pada kehidupan kita masing-masing lagi. Kamu dengan duniamu, aku dengan duniaku (tolong tambahkan pula rinduku padamu). Mungkin butuh bertahun-tahun lagi kita akan kembali bertemu dan ngobrol seperti malam ini. Atau mungkin tak akan ada lagi. Who knows?

The sky is getting bright
The stars are burning out
Somebody, slow it down

This is way too hard
Cause I know, when the sun comes up
I will leave
This is my latest glance that will soon be memory

Jam demi jam berlalu, benar-benar terlalu cepat. Sepertinya langit tak lagi memberi kita waktu. Tidak memberi kita kesempatan untuk kembali bersama. Benarkan? Buktinya saja, kini langit makin berwarna, kemilau jingga-kuning dipadu langit yang membiru. Mentari tersenyum terlalu manis, seakan memberi tanda bahwa kita memang harus berpisah. 

Terkadang, aku benar-benar ingin memutar waktu kembali. Aku ingin memiliki doraemon, dan membuat waktu berputar dan tak berakhir. 

I never wanted to stop because
I don't wanna start all over, all over
I was afraid of the dark but now
It's all that I want, all that I want


Dering telfonmu membangunkan kita dari mimpi indah kita. Mungkin memang saatnya kita berpisah. Mungkin.. Memang sampai disini saja rinduku bisa terobati. Mungkin lain waktu?

"Lain kali kita ngobrol lagi ya. Kangen ngobrol sama kamu kayak tadi. See ya soon." Dan kamu berlalu, meninggalkan aku dengan payung di tanganku. Gerimis ternyata membawa hujan, menemaniku melihat punggungmu berjalan jauh, lalu menghilang di bawah langit kelabu. 

Aku pun berbalik, berjalan berlawanan arah denganmu. Meredam kembali sesak yang telah lama hilang. Meredam kembali rindu yang ternyata sudah menyambangi di kala kau telah menghilang dari pandangan. Meredam kembali... rasa yang mungkin tidak pernah padam. 

3 Februari 2015

Page 34 of 365: Already February?

okay then.
tadi pagi saya baru sadar sekarang februari dan... segitukah cepatnya? perasaan kemarin baru liburan tahun baru ke jogja. tau-tau minggu kemarin ke jogja lagi studi kampus. terus libur beberapa hari. senin kemarin baru masuk lagi. dan sudah februari. 

dan serius ini aku masih nggak jangkep kalo sekarang sudah februari. sudah melewati sebulan tanpa merasakan apa-apa. i mean, kayak yang bisa diinget kebahagiaan atau kesedihannya. masih se-flat itu. yha. paling asik-asik ya kemarin studi kampus bareng sekelas. itu doang. 

sudah februari, dan hidupku masih berjalan monoton. 
masih diam di tempat.
belum banyak perubahan berarti buat tahun ini. mungkin beberapa, cuma ya itu. susah ya menghilangkan kebiasaan-kebiasaan lama gitu deh. mager-nya suka kebangetan. 



sudah februari...

.......dan masih sendiri. 
ehehehehehehe. 
#abaikan