23 Desember 2015

After all these years.

Kali ini, aku ingin memutar waktu kala aku melihat dirinya dahulu. 

Aku tidak pernah tahu kamu datang dari mana, namun tiba-tiba hari itu, kamu adalah pusat segala penglihatanku. Aku terkagum. Bahkan aku sempat bertanya dalam hati, apakah kita sekelas? Bodoh memang, selama itu, aku baru memperhatikan dirimu. 

Kamu yang menjadi pertama kala penilaian lari. Satu hal yang aku juga cintai saat itu. Aku tidak pernah tahu, dari rasa kagum itu bisa berubah hingga sebuah perasaan yang tidak terdefinisi. Suka kah? Cinta kah? 

Dan, ya, kamu selalu jadi yang pertama, bahkan untuk hatiku. 

Aku tidak pernah mencoba untuk membuatmu mengerti, karena aku paham, ini bukan perasaan yang sepatutnya kurasakan ketika aku masih belum saatnya merasakan. Lagipula, aku senang kok melihatmu dari jauh, karena setelah aku menyadari kita sekelas, kita tak pernah lagi berada di kelas yang sama. 

Aku masih ingat kala itu, jenjang terakhir sekolah kita. Akhirnya aku bisa dekat denganmu. Masih segar dalam ingatanku kalau ternyata dirimu juga memiliki perasaan yang sama. Lucunya, kita tak pernah menjadi orang lain yang melabeli status kita. Kita ya tetap kita, yang berada di dunia yang berbeda walau memiliki segudang rasa dan memori. 

Ingatkah kamu, ketika mereka menjahili kita berdua? Sepatu yang sengaja ditali, sorak-sorai ketika aku melewatimu, dan berbagai kenangan lainnya itu. Aku sering kali mencuri pandang, melihatmu yang sedang bercengkerama. Walau dahulu tidak pernah aku berniat untuk menyimpan potretmu dalam benakku, ternyata takdir kali ini yang mengharuskanku. 

Saat itu aku terlalu takut. Aku ingin mundur. 
Tapi kamu tetap menggapaiku, berkata semua tidak akan apa-apa. Seakan kamu adalah dewa yang sudah bisa memprediksi ke depannya. Padahal, dewi fortuna tidak pernah memberi kita waktu sekadar menikmati hari berdua. 

Karena kamu pergi begitu saja. Masih jelas dalam ingatanku kamu hanya bertahan beberapa saat. Lalu kamu menyerah. Kamu pergi. Kamu memilih untuk tidak memperjuangkan apa yang pernah kita rasakan bersama. 

Bertahun-tahun aku tak pernah melihatmu. Bertahun-tahun pula aku menerka. 
Sebenarnya, apa yang kurasa sampai saat ini? 
Rasa rindukah? Cintakah? Kagumkah?
Atau hanya penasaran.... bagaimana apabila takdir memberi kita ruang untuk make it works?

Sudah berkali-kali aku mencoba untuk melupakanmu. Nyatanya, aku masih seringkali membandingkan mereka dengan sosokmu tanpa kusadari. Tanpa sadar, lagi-lagi kamu yang selalu ada. Selalu menjadi pembanding karena hanya kamu, yang membuat segalanya menjadi 'pertama' untukku. 

Kadang aku bertanya, apakah kamu juga pernah merasakan hal yang sama denganku? Bertanya-tanya apa yang pernah kita rasa ini? Memikirkan bagaimana kabarku di sini?

Aku pernah bertanya pada hatiku, bagaimana bila sampai nanti, aku tidak bisa melupakanmu?
Dan aku tidak menemukan sebuah jawaban. 
Tidak bisa menjawab dengan segala kemungkinan yang ada. 
Pernah kan, aku berkata, aku tidak bisa menaruh percaya pada kemungkinan. 


Dan bagaimana apabila after all these years, I can't get over you