31 Desember 2015

Page 365 of 365: 2015 is DONE! :)

*agak memaksakan melek*
*mulainya 23:29*
*padahal besok harus ke malang*
*tapi hamba gak apa-apa*
*beneran*
*padahal mau posting-nya 31/12/15*
*maunya detik-detik terakhir tanggal 31*
*malah ini detik-detik setelah tanggal 31*
#yaudah
#akumahorangnyagitu


.....jadi,
HAI. 

Kayaknya lama sekali saya nggak buat beginian. Iya, cuap-cuap gak jelas di tengah malam. Dan anyway, ini sudah akhir tahun. AKHIR TAHUN. A KHIR TA HUN. Really really akhir tahun banget. 

Banyak sekali hal yang sudah dijalani selama setahun. Yang pasti sih... ekhem.... jomblo single aka ke mana-mana sendiri aka gak punya pacar. Tapi saya orangnya mah gitu, ngga apa-apa kok.
#padahalgalau
#dibaperinterus
#baperan

Jadi, seperti sebelum-sebelumnya, saya selalu membuat posting resolusi 201-----sekian dan sok sok flashback dikit setahun ini bagaimana saja. 




Enaknya mana duluan ya?




2015.
Ehm, jadi 2015 ini semacam, yah, lebih ke arah malesan banget. BA NGET. Mau posting aja malesnya luar biasa. Apalagi belajar. Beuh
Dan sudah bukan jamannya ask.fm yang ngasih question to all semacam 'resolusi 2016 apa kak'. Sudah tidak jaman, eh?
Yang pasti sih, buat musik kayaknya masa kejayaan banget (BUT WHY AKU MASIH TIDAK BISA KE KONSERNYA TAYLOR SWIFT WHYY???????). Playlist saya akhirnya diterima kalangan banyak aka keluarga yang selalu protes 'musikmu kok suara drum doang sih yang nyanyi mana???'. 
Film-film indonesia juga tambah bagus-bagus. BENER-BENER BAGUS. Dan aku masih bertanya kenapa harus pada akhir tahun semua numplek???? Duit mana duit?????
Oh ya, selama 3 tahun SMA dan mengenal det-con, tahun ini pula saya nggak dateng SAMA SEKALI karena begitu banyak 'besok ah' tapi ga jadi sampai bahkan sudah diumumin yang menang aja masih males ke sananya. Syedih. (tapi gak terlalu nyesel sih begitu ada yang bilang 'tahun ini ga seseru tahun lalu' like.... oke.... nyesel sedikit doang)


2016. Hm. 
Barusan saya menemukan ini: 
My goal for 2016 is to achieve the goals of 2015 which i'd have done in 2014 as i promised in 2013 and planned in 2012.

YA BENAR. 
BAHKAN SAYA LIHAT POSTING RESOLUSI SAYA YA GITU-GITU AJA. 
#maafganyante


Jadi sebenarnya, resolusi itu gimana sih? Selama ini ya resolusi paling.. tambah baik dari sebelumnya (GAK KREATIF AMAT SIH). Dan kayaknya gitu-gitu aja. Kok selama ini kayaknya aku melewatkan tahun baru itu jomblo gitu. Saya sendiri ya gak paham. Kapan punya gandengan pas tahun baru? Kapan? (padahal habis mikir gak usah punya pacar dulu aja #maafanaknyalabil) 




Jadi ini posting resolusi paling gak jelas. Gak ada wishes penting sih. Semacam yah, better life ahead aja. Semoga masuk PTN (khususon ITS), nem bagus, bisa membanggakan kedua orang tua, dan lain-lainnya yang sama terus setiap tahun. 

Apa lagi ya? Ya pokoknya semoga ke depan lebih produktif lagi nulis di sini dan di...suatu website untuk menulis. Di tumblr. Di polyvore. Jangan lupa dilihat dan di-follow ya guys. Link nya ada di 'Hello!'. 

Dadah 2015! 
Page 365 of 365: 2015 is DONE :)

Mari kita mulai dari 0 lagi ;)
#kayaklebaranaja
#udahabaikan
#maafgajelas
#hambalelah
#mwah

28 Desember 2015

Tak lagi muda.

Entah kita yang lupa,
atau memang kita menolak untuk mengakui.


Tapi nyatanya, 
bukan hanya kita yang bertambah tua.
Kedua orang yang selalu menyayangimu tanpa balas pun juga.

Waktu bukan berjalan mundur,
dan masa-masa mereka telah lewat.
Ingatlah mereka tak lagi muda,
mereka tak lagi seperti dulu.

Dan belum tentu setelah ini,
kamu masih bisa melihat senyumnya. 






Dedicated to all parents around the world.
Khususnya orang tua saya,
yang mungkin juga gak bakal saya ijinin baca ini,
karena saya orangnya gengsian. #maafkan

23 Desember 2015

After all these years.

Kali ini, aku ingin memutar waktu kala aku melihat dirinya dahulu. 

Aku tidak pernah tahu kamu datang dari mana, namun tiba-tiba hari itu, kamu adalah pusat segala penglihatanku. Aku terkagum. Bahkan aku sempat bertanya dalam hati, apakah kita sekelas? Bodoh memang, selama itu, aku baru memperhatikan dirimu. 

Kamu yang menjadi pertama kala penilaian lari. Satu hal yang aku juga cintai saat itu. Aku tidak pernah tahu, dari rasa kagum itu bisa berubah hingga sebuah perasaan yang tidak terdefinisi. Suka kah? Cinta kah? 

Dan, ya, kamu selalu jadi yang pertama, bahkan untuk hatiku. 

Aku tidak pernah mencoba untuk membuatmu mengerti, karena aku paham, ini bukan perasaan yang sepatutnya kurasakan ketika aku masih belum saatnya merasakan. Lagipula, aku senang kok melihatmu dari jauh, karena setelah aku menyadari kita sekelas, kita tak pernah lagi berada di kelas yang sama. 

Aku masih ingat kala itu, jenjang terakhir sekolah kita. Akhirnya aku bisa dekat denganmu. Masih segar dalam ingatanku kalau ternyata dirimu juga memiliki perasaan yang sama. Lucunya, kita tak pernah menjadi orang lain yang melabeli status kita. Kita ya tetap kita, yang berada di dunia yang berbeda walau memiliki segudang rasa dan memori. 

Ingatkah kamu, ketika mereka menjahili kita berdua? Sepatu yang sengaja ditali, sorak-sorai ketika aku melewatimu, dan berbagai kenangan lainnya itu. Aku sering kali mencuri pandang, melihatmu yang sedang bercengkerama. Walau dahulu tidak pernah aku berniat untuk menyimpan potretmu dalam benakku, ternyata takdir kali ini yang mengharuskanku. 

Saat itu aku terlalu takut. Aku ingin mundur. 
Tapi kamu tetap menggapaiku, berkata semua tidak akan apa-apa. Seakan kamu adalah dewa yang sudah bisa memprediksi ke depannya. Padahal, dewi fortuna tidak pernah memberi kita waktu sekadar menikmati hari berdua. 

Karena kamu pergi begitu saja. Masih jelas dalam ingatanku kamu hanya bertahan beberapa saat. Lalu kamu menyerah. Kamu pergi. Kamu memilih untuk tidak memperjuangkan apa yang pernah kita rasakan bersama. 

Bertahun-tahun aku tak pernah melihatmu. Bertahun-tahun pula aku menerka. 
Sebenarnya, apa yang kurasa sampai saat ini? 
Rasa rindukah? Cintakah? Kagumkah?
Atau hanya penasaran.... bagaimana apabila takdir memberi kita ruang untuk make it works?

Sudah berkali-kali aku mencoba untuk melupakanmu. Nyatanya, aku masih seringkali membandingkan mereka dengan sosokmu tanpa kusadari. Tanpa sadar, lagi-lagi kamu yang selalu ada. Selalu menjadi pembanding karena hanya kamu, yang membuat segalanya menjadi 'pertama' untukku. 

Kadang aku bertanya, apakah kamu juga pernah merasakan hal yang sama denganku? Bertanya-tanya apa yang pernah kita rasa ini? Memikirkan bagaimana kabarku di sini?

Aku pernah bertanya pada hatiku, bagaimana bila sampai nanti, aku tidak bisa melupakanmu?
Dan aku tidak menemukan sebuah jawaban. 
Tidak bisa menjawab dengan segala kemungkinan yang ada. 
Pernah kan, aku berkata, aku tidak bisa menaruh percaya pada kemungkinan. 


Dan bagaimana apabila after all these years, I can't get over you

7 Desember 2015

0,1%.

Aku paling tidak suka dengan segala bentuk kemungkinan. 
Karena di antara kemungkinan itu, ada ketidakpastian yang menyiksa. 



Orang bilang, akan masih ada banyak kemungkinan-kemungkinan di hidup ini. Sebanyak apapun itu, walaupun mereka mampu bilang sebesar 99,9999% pun, aku tetap enggan mempercayakan hidup saya pada kemungkinan. 

Pernahkan kamu berpikir, ketika kamu diberikan sebuah kemungkinan sebesar 99,9% itu, kamu yakin bahwa 0,1%-nya tidak akan menghampirimu? Bahwa sekecil apapun itu, mungkin saja, dalam keadaan bad luck-mu, itulah yang akan kamu terima. 

Hidup memang penuh dengan ketidakpastian, memang. Kepastian hanya hal yang sudah terjadi. Tapi, setidaknya, buatlah hidupmu penuh kepastian. 




Apalagi, kepastian untuk si dia yang menunggumu.