27 Februari 2015

Di penghujung bulan penuh cinta.

Kamu tahu kebodohanku?
Hanya satu, masih menantimu meskipun aku tahu tak ada gunanya menunggumu. Kamu hanya datang ketika kamu rindu, yang selalu kutanggapi dengan hati berbunga-bunga. Kamu hanya datang ketika tidak ada dia yang menemanimu nun jauh di ujung Jawa sana. Kamu datang, ketika aku hampir berhasil hidup tanpa bayangmu. 

Entah kenapa terkadang kita ini lucu. 
Cinta kita hanya cinta monyet yang kata orang bisa tergantikan dengan mudah. Namun kenyataannya, aku bahkan tidak bisa melupakan cinta yang sudah bersemayam sejak lebih dari enam tahun yang lalu. Gila bukan? Selama itu, mungkin ada yang silih berganti menemani, namun toh kenyataannya kamu tetap ada di sana. Di pelosok hati yang terkadang berdebu, namun tak pernah luput dari pandangan. 

Mungkinkah kali ini kamu sedikit melihatku, menjadikan aku 'ada' dalam benakmu? Tanpa perlu lagi aku menanti hal yang tak pernah aku rasakan. Tanpa perlu lagi aku merasa sendiri di saat semua orang ada di sekelilingku. 

I'm dying to know is it killing you like it's killing me? 

4 Februari 2015

Bertemu, untuk kembali terpisah.

Baiklah. 
Mungkin sudah sekian lama kita tak pernah berbincang lagi. Kini, kita duduk berdua dalam kafe yang masih enggan membalikkan kata open di pintunya. Kopi yang kupesan tak lagi panas, namun juga tidak lagi penuh. Kita seperti lupa caranya memulai percakapan kecil, like we used to

Biasanya kita akan memulai dengan cerita-cerita kecil. Namun kini, mungkin terlalu banyak cerita yang telah kamu lewati, ataupun aku, sehingga mungkin pula terlalu banyak cerita yang ingin kita sampaikan. Masih, sunyi melingkupi kita berdua. Ingin rasanya memulai, ah, namun gimana kalau kamu juga ingin memulai? Hmm


Lalu kita berdua memulai dengan berkata, "Bagaimana kabarmu?" bersamaan. Lalu kita tertawa bersama. Oh, ternyata tawamu masih seperti dahulu. Mungkin tak lagi ada behel yang mempermanis, namun tetap, tawa itu tetaplah tawa yang dulu membuatku jatuh cinta. 

"Aku baik-baik saja, seperti yang kamu lihat," katamu. Aku mengangguk, tak melihat ada yang kurang darinya, mungkin hanya bertambah dewasa. Dan suaranya makin berat, mungkin akibat dari puber. "Bagaimana kamu sendiri? Keliatan kurusan nih. Dietnya berhasil?" Aku menoleh, melihat wajahmu yang jenaka. Lalu aku tersenyum kecil. 

"Oh ya? Waaah dietku berjalan lancar nih kayaknya. Fine, I'm always fine kok." Dan kamu hanya mengangguk kecil dan menyesap kembali es teh yang kamu pesan tadi. 

Dan mengalirlah cerita-cerita kecil tentang semua hal yang kita lewatkan tanpa ada 'kita' lagi. Menertawai kebodohan-kebodohan kecil, lalu kembali berbagi cerita lagi. Berlomba-lomba melontarkan cerita semenarik mungkin. 

Tapi aku sadar, akhirnya kamu pun akan lebih banyak diam nantinya. Memperhatikan aku bercerita. Melontarkan tawa ketika aku akan bertindak lucu. Ah ya, aku masih ingat. katamu dulu, kamu selalu suka dengan ekspresi jenakaku. Apa sekarang masih?


Malam pun seakan terlalu cepat untuk kita berdua. Jam di dinding kafe yang buka 24 jam ini berdentang dua kali, sudah jam dua pagi. Aku menguap kecil. Ternyata kopi yang kuminum tak berpengaruh banyak. Kamu tertawa kecil. "Kamu seperti anak kecil nguap kayak tadi."

Kamu berdeham sejenak lalu kembali berkata, "Maaf ya aku nggak bisa nemenin lama, nanti siang aku harus kembali." Lalu aku membatin, did you mean we have to come-back to our 'now' life? Haruskah kita kembali terpisah jarak dan waktu, lalu memendam rindu yang selalu bertanya kapan kita bisa bertemu kembali. 

"Iya nggak apa kok." Bohong. 
Pintar sekali aku berbohong. Aku yakin sedetik setelah kita berpisah nanti, aku tidak akan tidak-apa-apa seperti apa yang baru saja aku ucapkan. 


Dan ternyata mas atau mbak yang menjaga kafe ini mengerti keadaan dua manusia yang pernah bersama ini. Tak lama, sebuah lagu mengalun menemani perbincangan kita kali ini. 

This is our last night but it's late, and I'm trying not to sleep
Cause I know when I wake, I will have to slip away

And when the daylight comes I'll have to go
But tonight I'm gonna hold you so close 
Cause in the daylight we'll be on our own
But tonight I need to hold you so close

Ya, kamu akan pergi lagi kan? Kita akan kembali pada kehidupan kita masing-masing lagi. Kamu dengan duniamu, aku dengan duniaku (tolong tambahkan pula rinduku padamu). Mungkin butuh bertahun-tahun lagi kita akan kembali bertemu dan ngobrol seperti malam ini. Atau mungkin tak akan ada lagi. Who knows?

The sky is getting bright
The stars are burning out
Somebody, slow it down

This is way too hard
Cause I know, when the sun comes up
I will leave
This is my latest glance that will soon be memory

Jam demi jam berlalu, benar-benar terlalu cepat. Sepertinya langit tak lagi memberi kita waktu. Tidak memberi kita kesempatan untuk kembali bersama. Benarkan? Buktinya saja, kini langit makin berwarna, kemilau jingga-kuning dipadu langit yang membiru. Mentari tersenyum terlalu manis, seakan memberi tanda bahwa kita memang harus berpisah. 

Terkadang, aku benar-benar ingin memutar waktu kembali. Aku ingin memiliki doraemon, dan membuat waktu berputar dan tak berakhir. 

I never wanted to stop because
I don't wanna start all over, all over
I was afraid of the dark but now
It's all that I want, all that I want


Dering telfonmu membangunkan kita dari mimpi indah kita. Mungkin memang saatnya kita berpisah. Mungkin.. Memang sampai disini saja rinduku bisa terobati. Mungkin lain waktu?

"Lain kali kita ngobrol lagi ya. Kangen ngobrol sama kamu kayak tadi. See ya soon." Dan kamu berlalu, meninggalkan aku dengan payung di tanganku. Gerimis ternyata membawa hujan, menemaniku melihat punggungmu berjalan jauh, lalu menghilang di bawah langit kelabu. 

Aku pun berbalik, berjalan berlawanan arah denganmu. Meredam kembali sesak yang telah lama hilang. Meredam kembali rindu yang ternyata sudah menyambangi di kala kau telah menghilang dari pandangan. Meredam kembali... rasa yang mungkin tidak pernah padam. 

3 Februari 2015

Page 34 of 365: Already February?

okay then.
tadi pagi saya baru sadar sekarang februari dan... segitukah cepatnya? perasaan kemarin baru liburan tahun baru ke jogja. tau-tau minggu kemarin ke jogja lagi studi kampus. terus libur beberapa hari. senin kemarin baru masuk lagi. dan sudah februari. 

dan serius ini aku masih nggak jangkep kalo sekarang sudah februari. sudah melewati sebulan tanpa merasakan apa-apa. i mean, kayak yang bisa diinget kebahagiaan atau kesedihannya. masih se-flat itu. yha. paling asik-asik ya kemarin studi kampus bareng sekelas. itu doang. 

sudah februari, dan hidupku masih berjalan monoton. 
masih diam di tempat.
belum banyak perubahan berarti buat tahun ini. mungkin beberapa, cuma ya itu. susah ya menghilangkan kebiasaan-kebiasaan lama gitu deh. mager-nya suka kebangetan. 



sudah februari...

.......dan masih sendiri. 
ehehehehehehe. 
#abaikan