28 Juli 2017

[ To you, from me ]

Halo, Sayangku.
Mungkin belum lama kita berkomunikasi. Belum lama kita bertukar kabar. Jadi, menanyakan kabarmu bukan lagi prioritasku dalam surat ini.

Dalam surat ini, aku hanya ingin terus bertanya. Aku hanya ingin mengeluarkan semua isi kepalaku. Yang selama ini membuatku terus terpaku padamu, tak bisa berpaling. Yang membuatku terus mencarimu di tengah keramaian.

Tak pernah sekalipun aku mengerti, mengapa kamu terus dalam galaksiku? Seolah kamu tidak pernah mati pada kehampaan. Suaramu terus berdengung laksana petir membahana, terdengar jauh sampai lubuk hatiku. Mengapa kau enggan pergi dari manapun aku berada?
……atau hanya aku, yang terus berdiam diri di tempat kamu berada?

Aku terus bertanya-tanya, pernahkah sekali kamu memikirkanku? Atau… merindukanku?
Serius! Aku susah sekali membuat hatiku tidak memikirkanmu barang sejenak. Apalagi ketika namamu lewat di snapgram dan dengan cepat aku akan melihat apapun yang kamu lakukan. Sebegitunya aku masih mengharapkan untuk tau apa sedang kamu lakukan. Sebegitunya aku masih berharap, aku adalah orang yang selalu kamu kabari dimanapun kamu berada.

Sesekali, aku menyadari betapa bodohnya aku terus memikirkan seseorang yang telah pergi dari hidupku. Pergi namun masih meninggalkan jejak-jejak dalam hatiku. Pergi tapi masih menjadi orang yang selalu kupikirkan. Apalagi ketika aku jenuh, tiada lagi kamu yang menjadi penyemangat. Seseorang yang memperhatikanku, seperti aku adalah hal terpenting untuknya.

Dan untukmu, aku kembali bertanya. Apakah masih ada setitik rasa yang tertinggal untukku? Apakah aku masih memiliki kesempatan untuk menjadi pemegang kunci hatimu?
Kuharap, kamu membalasnya. Aku menanti dalam kesendirian. Aku menunggu dalam kehampaan. Berharap masih bisa memiliki senyummu hanya untukku. Berharap, dan terus berharap lagi. Tanpa tahu aku harus berlaku apa ketika kamu lewat di hadapanku. Dengan senyum menggoda dan kejenakaanmu.

Ya Tuhan, aku rindu sosokmu yang tak lagi tergapai walau sangat dekat dengan genggamanku. Tapi aku tidak tahu harus apa. Aku tidak tahu apa hal yang bisa kulakukan untuk kamu mengerti tanpa mengusikmu. Aku tidak tahu lagi bagaimana menyampaikan bahwa aku ingin menjadi satu orang yang berarti untukmu.

Tolong beri aku sedikit pengertian. Tolong perjelas mengapa kamu masih hadir di tengah mimpiku. Tolong katakan, apapun yang ingin kamu katakan. Tolong beritahu, apakah aku masih bisa untukmu atau buang aku saja. Biar aku tidak melulu berada di zona abu, di antara harapan dan keputusasaan. Di antara cinta dan jenuh yang tak berkesudahan.

Dariku, yang terus menunggu chat untuk dibalas.
Untuk kamu, yang bukan menjadi mentorku.



10.55pm
—awankelabu
#TYFM #VVLetters