2 Januari 2013

Brother.

"Life is easy. Don't make it feels like complicated!"

"It seems that I've been already famous here."

"Because everybody is unique. We can't force someone to be good in painting, if he's only good in writing. If we want someone to describe about a beautiful morning, let a writer show it by his mesmerizing words. But you can't judge that the other one is stupid because he writes a very bad description. He maybe able to show you an amazing morning by his painting."

"Mungkin aku memang ditakdirkan mendapatkan semua itu dengan gampang, dan bikin semua orang iri karena mereka nggak punya kelebihan yang sama. Mereka pikir aku bangga karena terus-terusan jadi sorotan orang dan dicap nggak punya peraturan. Tapi Tuhan itu adil, kok. Bahkan sebelum aku ngedapetin semuanya seperti yang kamu bilang, aku terus-terusan kehilangan sesuatu yang paling ingin aku pertahankan. Dan semua yang aku punya sekarang, nggak bisa ngegantiin yang udah hilang." 

"Selama ini kelebihan-kelebihan itu memang sangat menguntungkan. Tapi jika aku berhak memilih sendiri apa yang ditakdirkan menjadi milikku, aku akan menukar semua kelebihan itu dengan apa yang pernah kumiliki di masa kecilku."

"Pernah nggak kamu punya sesuatu yang pengen dimiliki semua orang, tapi kamu nggak terlalu suka memilikinya?"

"Minta tolong, dong! Jangan ngerjain semuanya sendirian. Kalau cuma kamu yang punya, bukan berarti harus kamu sendirian yang mengoperasikan." 

"Yang namanya anugerah justru bikin kita merasa kesepian waktu kita pikir anugerah itu cuma milik kita."

"Kenapa kebahagiaan selalu dibayangi dengan sakitnya penderitaan?"

"Apa ada orang yang benar-benar bahagia?"

"Orang yang nggak berhasil bahagia itu banyak. Tapi yang berhasil juga banyak."

"Bahagia itu persepsi."

"Kebahagiaan itu datang dari diri sendiri."

"Mungkin dia marah karena semua hal berjalan di luar keinginannya. Mungkin dia lari karena tidak tahan. Mungkin.. dia tidak tahan karena kesepian."

"Rasanya sakit! Sakit sekali untuk terus melarikan diri."

"Aku takut mendekatinya. Takut tidak mampu menguasai diri ketika mengucapkan perpisahan."

"Nggak, aku nggak benci sama dia. Tapi mungkin aku udah salah menilai."

"Nangis itu nggak memalukan, kan? Kenapa harus sembunyi?" 

"Kamu nggak harus selalu pura-pura tegar, kan?" 

"Nangis itu manusiawi."

"Manusia itu, diuji oleh Tuhan pada titik yang paling sensitif dan melemahkan. Titik itulah manusia akan diuji berulang-ulang, untuk membantu menaklukan kelemahan itu perlahan-lahan. Semakin sering seseorang dihadapkan pada kondisi terburuk dan dia mampu bertahan, dia akan menjadi lebih kuat. Pilihannya cuma ada dua, Rald. Menyerah atau bertahan."

"Yang selalu kupikirkan hanyalah cara untuk melindunginya. Seharusnya sejak awal aku sadar, seorang pembunuh tidak pantas menjadi pelindungnya."

"Aku selalu melihatnya dari tempat yang jauh. Bagiku dia sangat bersinar, tapi dia bahkan tidak peduli seberapa istimewa dirinya." 

"Apa Kau bisa mendengarku, Tuhan? Kuminta kembalikan dia padaku. Apa permintaanku terlalu besar? Apa yang harus kulakukan untuk bisa Kau dengar?"

"Kamu tahu kenapa manusia dihidupkan? Untuk mati, Rald."

"Kamu pantas jadi teman siapa saja."

"Sedikit demi sedikit aku terus kehilangan. Dan ketika aku memperoleh semuanya kembali, nasib mempermainkanku dengan mengambilnya sekali lagi."

"Dia selalu ingin mengajariku menjadi kuat. Tapi apa yang dia lakukan justru membuatku semakin tergantung pada dirinya."

"Aku hanya berhutang sebuah janji. Janji yang pasti akan kupenuhi."

"Aku tidak menyesali apa pun yang telah diambil dariku. Karena darinya aku tahu, harga sesuatu yang masih menjadi milikku."


Created by: Shofi Annisa