26 Juli 2015

Page 207 of 365: H-1.

Jadi, sekarang sudah H-1 masuk sekolah.
Dan...

SAYA KELAS 12!


Ternyata, sama seperti pas junior high school. 3 tahun itu nggak kerasa banget. Tau-tau udah jadi senior, dihadapkan ujian akhir lagi, memilih sekolah baru lagi. Ups, bukan sekolah lagi. Kampus. Mencari teman baru lagi, suasana baru lagi, mungkin pacar baru lagi? Ehe. 

Yah, sampai detik ini pun masih galau milih jurusan. Mau jadi apa aja masih bingung. Kayak semua bayanganku ini masih carut marut, gak ada yang jelas. Ada yang jelasin jurusan ini, tertarik. Jelasin jurusan itu, tertarik. Jurusan anu, tertarik. Kan ribet :(

Well, mungkin sudah terbilang jaaaaaaaarang sekali posting di blog. Banyak sih ide-ide yang mau ditulis, tapi terkadang sudah menguap saking lamanya tidak megang laptop. Yep, liburan Juli ini keluar kota tanpa bawa laptop. Jadilah, penyesalan teramat dalam karena tidak bisa posting (dan mengalami kebosanan tanpa internet). 

Mungkin agak ke depannya bakal juga jarang sekali untuk posting, mengingat ini untuk masa depan. #tsah

Yha. 
Sejauh mata memandang sih, selalu belum siap untuk menghadapi jenjang baru. Selalu sih, gak cuma sekarang aja. Ditunjang belum bisa bangun pagi, kayaknya emang masih mode liburan. 



SEMANGAT LIN!!

7 Juli 2015

Home

Bergelas-gelas alcohol yang mampir di tanganku tak jua mengantarku pada suatu titik yang orang bilang 'mabuk'. Tak jua terasa diriku melayang-layang, melupakan bayangmu yang nyatanya masih membekas. Hanya rasa hangat menyelimuti tenggorokan, dan suara riuh diskotik yang tidak mengenal waktu. Bukankah aku terlihat seperti orang putus asa?

Bahkan senyummu kini menjelma menjadi bayangan yang tercetak dimana-mana. Di sana-sini hanya ada wajahmu, dengan senyum hangat yang dulu kudapatkan dengan mudah. Senyum yang menjadi canduku. Senyum yang membuatku merasa... hidup ini akan baik-baik saja. 

Kembali kusodorkan gelasku yang telah kosong kepada bartender yang ingin sekali menggelengkan kepalanya. Aku beranjak, mengerti mungkin aku sudah tidak bisa berpijak dengan benar. Namun tetap saja, mengapa susah sekali untuk benar-benar mabuk dan melupakan semuanya? Melupakan luka yang telah kutorehkan dan membuatmu pergi? Mengapa sulit sekali untuk hidup tanpa bayang-bayangmu?

Aku berjalan di tengah malam yang dinginnya kian menusuk. Memandangi langit malam yang kini rasanya kian pekat. Dulu sekali, kita pernah berjalan bersama menikmati semilir angin malam. Bercanda bersama, melihat langit malam yang bertabur bintang, dan lain sebagainya. Bukankah itu semua menyenangkan? Tidak perlu candle light dinner di tempat bergengsi. Cukup bersamamu, semua terasa 'benar' untukku. 

Apakah memang benar, cinta tak pernah bisa menjadi satu hal yang kupertahankan?
Bahkan mungkin, cinta itu sendiri enggan menghampiriku. 


Dan lagi-lagi, kamu di sana. Memapahku pulang. Memberiku kehangatan dalam pelukmu. Memberiku segalanya. Setelah apa yang telah kulakukan untukmu. 

"Semuanya akan baik-baik saja, Sayang."
Dan memang, semua selalu kembali baik-baik saja, walau kita sendiri tahu, hubungan kita tidak pernah baik-baik saja. Karena lagi-lagi kamu akan pergi, dengan raut kecewa. Dan aku akan kembali seperti ini, setengah mabuk dan kamu kembali di sini. 

Karena hanya kamu, rumahku untuk berpulang, Cinta.