30 Maret 2014

a midnight-conversation

Jam berdentang entah sudah untuk ke-berapa kali untuk malam ini. Ah, malam atau pagi ya? Entahlah. Mataku masih enggan menutup walau jenuh sudah mendominasi. Ponsel pun sudah tak ada lagi notifikasi sekedar untukku yang ingin memiliki sesuatu untuk dikerjakan. Malam mungkin memang sudah terlalu larut, dan orang-orang terlalu lelah untuk tetap terjaga. 

Biasanya, ketika dahulu aku bersamamu, aku tak pernah merasakan semua ini. Setiap kali jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam namun aku tak tertidur, aku bisa meneleponmu. Mungkin sekedar hanya ingin mengucapkan selamat malam, atau berbagi cerita sejenak. Tertawa bersama. Atau sama-sama terdiam. Kamu akan tetap sibuk dengan duniamu dengan ponselmu yang masih terhubung denganku walau yang bisa kudengar hanya desah nafasmu. Tak apa, toh dengan itu, terkadang jenuhku terhapus dan aku tertidur setelahnya. 

Selain itu, terkadang pula kau membuat voice note untukku. Isinya? Cover-an lagu yang kamu mainkan dengan gitar kesayanganmu. Rasanya itu seperti lullaby yang mengantarkan untuk menjemput kantuk. Hanya perlu ku-repeat dan seterusnya aku akan bermain di alam mimpi. Memimpikan dirimu, kekasihku. 

Suatu kali, aku juga merasa jenuh seperti ini. Aku menyambar ponsel dan menekan nomer telepon yang sudah kuhafal di luar kepala lalu kutekan 'call', namun sedetik kemudian aku mematikannya. Lupa bahwa pada kenyataannya, kita tak lagi bersama. Aku tak bisa lagi seenaknya meneleponmu tengah malam hanya untuk menghapus sepiku. 

Namun kali itu, kamu meneleponku kembali. Ternyata teleponku sudah tersambung namun terlalu buru-buru kututup. Kamu bertanya dalam telepon, "Ada apa?" dengan logat panik khas-mu. 
Aku hanya bisa membisu dan menjawab dengan nada polos, "Aku hanya jenuh, tak tahu harus apa." 
Dan saat itu kamu hanya mendesah keras. Entah apa yang ada di pikiranmu tentangku. "Aku udah hampir tidur tadi," ujarmu. 
"Maaf," kataku cepat dan kuteruskan, "Harusnya kamu gak usah telpon balik." 
Kamu terdiam sejenak dan menjawab, "Aku panik, kukira kamu ada apa-apa." 

Dan disitu, aku terenyuh. Entah untuk apalagi perhatian yang kau tujukan padaku itu. Namun aku hanyalah wanita biasa, yang mudah tersentuh oleh hal-hal yang kau anggap sepele itu. Hatiku melambung..

"Kamu sedang apa?" tanyamu memecah hening di antara kita. 
Aku tersenyum kecil, "Bosan. Biasanya kan kalo aku bosan aku telepon."
"Oooh." Setelah itu? Hanya ada suara helaan nafas.
"Ngantuk ya?" tanyaku balik.
Kamu hanya menjawab, "Emm.."
"Eh maaf deh, kamu tidur aja," kataku. 
"Nggak deh. Yang cewek tidur duluan." Suaramu yang terselip kantuk sungguh lucu. 
"Aku belum ngantuk," ujarku pendek. "Aku matiin ya biar kamu tidur?"
"Jangan. Sini aku temenin sampai tidur." 

Bagaimana bisa, seseorang sepertimu terlahir? Mengapa bisa hanya perhatian sekecil itu aku kembali melambung dan ya.. kurasakan rasa itu masih ada dan terus mengembang. Cinta lama yang selalu kudamba walau terkadang keberadaannya dipertanyakan. Karena cinta itu abu-abu, tak memiliki warnanya, tempatnya, dan pemiliknya. 

Selanjutnya hanya ada suara dengkuran darimu dan aku tetap menyalakan telepon itu. Lucunya, lama-lama kantuk pun menghampiri dan telepon kututup. Tak lama, kamu menelepon kembali, sekali lagi. 

"Kenapa dimatiin?" tanyamu dengan suara seperti habis bangun tidur. 
"Kamu tidur gitu," jelasku pendek.
"Ngantuk sih, kamu belum ngantuk?"
Aku mengubah posisi tidurku dan menjawab, "Sedikit."
"Tidurlah, hari esok masih menanti," nasehatmu. 
"Mm," gumamku. 
"Tidur ya?" Aku mengangguk dengan bodohnya, seakan ia bisa melihatku saat ini. 
"Iya aku tidur, makasih ya. Maaf sampe ngerepotin kamu," kataku tak enak.
"Nggak apa-apa, sleepwell."

Setelah hari itu, kita sudah seperti dua orang yang tak mengenal satu sama lain. Kamu bersama wanita itu berjalan bersama tanpa memperdulikanku. Terkadang aku masih seperti saat ini, saat kantuk enggan menghampiri. Terkadang, aku ingin sekali menekan nomor teleponmu lagi dan berbicara entah apa padamu. Namun aku tahu, itu takkan bisa. 

Sometimes I miss you, a man who always pick your phone up although it's midnight and you yeah like don't care 'bout it, start a conversation until the sun is rising and we had no sleep yet. Lucu rasanya mengingat setiap hal kala itu. Terkadang kau masih bersemangat, kadang pula suara kantukmu mendominasi sampai terkadang aku tak enak. Namun kau masih terus menemaniku sambil sesekali membujukku untuk tidur. 

Ah, memang ya.. 
Masa lalu itu masih terlalu indah untukku. Masih terlalu nyata untuk menjadi sebuah kenangan. Sometimes it feels like it was yesterday we broke up but still had a midnight-conversation

Ya, singkatnya, malam ini aku merindukanmu. 
Merindukan suara kantukmu ketika aku meneleponmu.
Merindukan bujukanmu untuk ku segera tidur. 
Merindukan setiap petikan musik pengantar tidur darimu.
Semua tentangmu. Tentang midnight-conversations.
Dan lainnya. 

I missed you, and still I am

23 Maret 2014

ketika scrolling tl lebih seru daripada plantae..

habis scrolling timeline (tapi lupa timeline-nya twitter apa ask.fm), eh nemu sebuah quotes yang nyentuh bin menyebalkan. tapi entah darimana asal-muasal quotes itu, cuma semacam capture-an gitu. intinya, 

"mungkin cinta pertama mengenalkan kamu tentang bagaimana rupa cinta itu, namun your second love-lah yang menyadarkan kalo love is still exist while your first love goes away." kurang menyebalkan apa-_-

mungkin untuk saat ini aku gak tau apakah itu iya my first love or not, tapi sampai detik ini aku hidup, aku pernah merasakan hal ini. rasanya itu.. yah.. setengah nyesek gitu. 

yang akan kamu rasakan adalah semacam.. kamu pertamanya terlalu percaya kalo kamu jatuh cinta pol sama your first love. lalu... you broke up. kamu patah hati. menyesal. merenung. pokoknya sebangsanya itu. mulai ga percaya cinta, or just like waiting for him for long time and dont know when will you get back with him. dan tiba-tiba, datanglah seseorang. pertamanya kamu bakal ignore him just like "why you're so annoyinggg" gitu. tapi dia bakal dengan setia dengerin kamu curhat, atau ngobrol apa aja. dia bakal membuat kamu nyaman. dan terakhir, dia bakal meyakinkan kamu kalo cinta itu still exist di hidup kamu. 

and then, yeah.. of course. you'll falling in love with him

walau sedikit-sedikit mungkin kamu masih nggalauin your first love, tapi kamu mulai menerima takdir lah kalo si dia itu emang bukan buat kamu. tapi aku saranin, jangan keseringan galauin cinta pertama apalagi kalo sampe your second love tau. karena apa? lama-lama dia juga bisa kesel lah, dia gak dihargain walaupun niatmu gak gitu (ini beneran pengalaman). pokoknya, hargai seseorang yang udah bersama kamu. jangan disia-siain deh. 


kenapa aku jadi sedikit curhat pengalaman? entahlah. semacam pengen mengeluarkan unek-unek. udah lama gak nge-post jadi bingung gak ada ide. saking buntu sama trigonometri dan tetek-bengeknya itu. and yeah, sampe sekarang belum tau mau masuk jurusan apa kalo kuliah and it's like wtf kapan bisa serius mikirin masa depan biar gak kuliah sia-sia gitu-_-

that's all aje ye. ulangan biologi sudah menghantui. selamat ber-plantae-ria!