7 Oktober 2019

a letter to happy-you, from happy-me.

Hai.
Bagaimana kabarmu?

Maaf kalau pembukaannya jadi se-garing ini. You knew that aku gak pernah biasa buat nulis surat. Aku bisanya bikin sastra gak jelas yang isinya baper-baperan. Jadi, ini surat perdana aku. #tsah

Maaf kalau aku agak alay.

Jadi, mari kita ulang.
Bagaimana kabarmu saat ini? Baik-baik saja kan? I hope so. Soalnya, aku dalam keadaan saat baik! Dan bahagia dong :D

I really wish I could write something about you. In a serious-way. Tapi, jadi  end up kayak gini. Kamu paling tahu, aku paling gak bisa menyeriuskan sesuatu yang berhubungan sama kamu, kecuali perasaan yang dulu pernah bersemayam.

Mungkin, dulu akan memohon-mohon kepadamu sehubungan perasaanku. Mungkin aku pernah menjadi bodoh, karena semua kupikir hanya akan berlabuh padamu. Aku naif, dahulu.

Setelah bertahun-tahun "bertapa", akhirnya aku membuka mata (dan hati :p). Mungkin, dulu memang hatiku untuk kamu. Tapi, berhubung masih banyak cowok ganteng di dunia ini, akhirnya hatiku membaik dari luka-luka terdahulu dan mulai available lagi untuk mencintai. (Tapi, untuk saat ini, hatiku sudah penuh oleh si dia)

You thought me how to survive when I'm broken. Gak, aku gak pernah menyalahkan kamu karena meninggalkanku saat itu. Itu hakmu, yang ternyata jadi pelajaran buat aku bertahan hidup. Dan moving on. Mungkin awalnya gak segampang itu, karena aku harus berulang kali mengunci diri dan menangis semalam suntuk. Padahal cuma lihat foto di Instagram-mu bersama wanita yang kamu cintai. Sumpah, ini lebay, tapi emang kenyataannya gitu.

Memang benar kata orang, time heals a broken-heart. Cuma butuh kesabaran ekstra untuk mencapai waktu yang tepat itu. Dan dulu, aku belum sabar enough untuk merelakan kamu dengan dia. Belum sabar untuk mendapatkan seseorang yang worth to love.

Oh, ternyata sudah mulai serius ya? Hahahaha. #okeinigaring

Tapi, serius. I thank to you, for leaving me behind. Pada akhirnya, kita sama-sama bahagia, kan? Karena akhirnya, aku tidak menyakiti diriku lagi dengan mencintaimu. Kamu tidak menyakiti dirimu dengan menetap padaku. Akhirnya, kita sama-sama melaju dari masa lalu.

I thank to you, for every time we've been through. For every time I've been through without you, too. Segalanya, sudah menjadi sebuah cerita yang kalau aku ingat, aku tersenyum lebar. Pada akhirnya, all I remember is all the good times. Sampai pula pada garis dimana semua selesai, tanpa ada lagi beban maupun rasa "berat" yang bersemayam.

Pada akhirnya, kita sudah sama-sama bahagia dengan kehidupan baru kita.
And I am and always will happy for you, Darling.
I always do.


Tertanda,
Aku yang bahagia,
Untuk kamu yang bahagia.
Untuk kita yang akan selalu berbahagia,
walau tidak lagi bersama. :)




edited from a draft
dated july 18th, 2016; 20:14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar