16 Februari 2020

Sampai kapan?

"Mau sampai kapan?" kata mereka kala aku tenggelam dalam lara.

Masalahnya, aku tidak tahu. I don't fucking know. Entah sampai kapan berkubang dalam biru sendirian. Entah sampai kapan puisi-puisi sendu dilahirkan. Entah sampai kapan aku tenggelam dalam menjadi 'sendiri saja'. Aku tidak tahu apabila kamu tanya sampai seberapa lama aku harus membiru seorang diri.

Aku juga ingin bahagia. Aku tidak ingin satu hari menjadi baik-baik saja, and the other day I fell into my knees, wish that something can heal all the wounds. It sucks, you know. Aku juga tidak ingin terus-menerus menjadi sendirian. Aku ingin ada seseorang yang bisa kuajak diskusi kala malam menghampiri, dan tetap ada di sisi kala pagi menjelang. Bukan yang hanya datang apabila butuh, kemudian pergi lagi seolah-olah aku tidak penting.

Aku juga ingin baik-baik saja. Lelah juga rasanya untuk terus terbelenggu sunyi. Aku lelah mendengarkan satu lagu, lalu menjadi sendu satu minggu kemudian. Aku tidak ingin selamanya seperti ini. Karena rasanya menyebalkan.

Ya Tuhan, kalau bisa aku Kauberi jawab, kali ini aku juga ingin berhenti saat ini juga untuk menjadi yang tertinggal dan sendirian dalam sendu. Aku juga ingin bahagia. Sesederhana itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar