3 Januari 2020

R.

aku mau cerita dikit tentang dia.

beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir, aku banyak berpikir, kapan ya aku pernah deket sama dia? jaman sekolah, satu dua memori tentang dia yang tercetus cuma angkot, nebeng pas pensi sekolah, temen sekelas yang banyak 'diidolakan', dan yang paling stand out cuma pernah cerita ke dia tentang aku suka orang dan aku gak bilang siapa orangnya dan dia dengan konyolnya "kamu suka aku ya?". time flies. time fucking flies.

gak banyak memori tentang dia. gak pernah tau hidupnya dia gimana juga. gak pernah merasa kenal dekat dulu. satu dua kali berhubungan, paling juga kayaknya basa-basi.

sampai suatu hari, basa-basi itu berubah jadi obrolan panjang. obrolan panjang berubah menjadi telpon tengah malam. telpon yang nginspirasi untuk nulis "late night phonecalls and the unspoken 'i love you'.". telpon yang akhirnya menjadi kebimbanganku. kalau dipikir-pikir, i loved you first. that night, i heard my own heart beating again. tapi seperti yang sudah-sudah, aku cuma menanamkan pada diriku sendiri bahwa semua ini cuma 'temen'. bahwa i don't deserve anything about love. bahwa aku tidak boleh baper. bahwa kamu mungkin cuma akan menjadikan aku hanya yang lalu.

walau kalau boleh jujur, telepon pertama itu hatiku tercubit mendengar kamu pernah mau dijodohin lewat ta'aruf. inget gak? aku inget banget karena aku tertawa miris saat itu. walau masih meyakinkan diri sendiri bahwa aku gak lagi suka sama kamu.

mungkin aku yang terlalu membawa perasaan saat kamu dengan bercandanya bilang kalau mau dekat denganku. mungkin aku terlalu membawa perasaan saat dengan mudahnya kamu perhatian kepada aku yang sudah lama tidak berhubungan dengan seseorang. terakhir kali suka orang, aku cuma bisa mengagumi dari jauh. tapi kali ini, sesuatu yang real aku rasakan. nyata. dan telpon-telpon selanjutnya cuma semakin membuatku luluh dan berpikir bahwa semua akan berjalan dengan baik. walaupun sedang jauh, cuma sebentar kok, pikirku saat itu. nanti, pulang, dunia mungkin cuma milik kita berdua.

pikirku dengan tolol saat itu.
ya Tuhan, aku berkata kasar lagi.
maaf ya, Tuhan.
saya juga manusia, belom kuat-kuat amat.

aku masih ingat hal pertama yang membuatku jatuh ragu. kamu hilang-hilangan saat itu. sibuk ini-itu. aku berusaha "oke, gapapa. cowok mah emang butuh waktu untuk dunianya." sampai saat itu rindu menumpuk dan aku tidak sanggup lagi memendam sendiri. gak, aku tidak bilang padamu secara langsung. kutitipkan rinduku pada teman yang dekat denganmu. dan ternyata, bom pertama jatuh di depan mukaku. selama kamu tidak menghubungiku, kamu baik-baik saja dan ngobrol dengan temanku. sambil menahan tangis, aku mensugesti bahwa temenku gak bakal suka sama kamu karena satu dan lain hal.

satu-satunya yang bisa mengalihkan perhatianku saat itu, bahwa aku masih memiliki kewajiban lain dan ya sudahlah. mungkin masih di awal, aku nyerah saja.

tapi kamu kembali. silly conversations, late-night phonecalls, dan perhatian-perhatian kecil lainnya. dan satu yang pasti, aku kembali buta. yang masih kupikirkan saat itu, this thing's gonna work. mungkin saat itu, aku cuma terlalu percaya diri.

aku kembali ragu kala aku melihat dengan siapa saja kamu dekat. teman-temanmu, sekelilingmu. i never like some of them. i knew some of them and i don't like them. dan mungkin kala itu, imajiku tentangmu masih sosok yang sama seperti 'teman SMA' yang selalu aku pikirkan. ternyata, time fucking flies and you're not someone I used to know. tapi aku pikir lagi, ya udah lah, semua orang pasti berubah.

sampai saat itu, aku kembali dan semakin banyak hal yang dipikirkan. skrispi, laporan, and stuff like that. seperti yang sudah-sudah, aku akan lelah dengan sendirinya dan berusaha mundur dan menjauh. hidupku sudah dikelilingi stres dan beban, rasa-rasanya aku tidak ingin cinta yang tidak pasti lagi. kamu masih entah dengan tarik-ulur (atau kalau dipikir-pikir sekarang, kayaknya aku yang terlalu menganggap kamu 'dekat' denganku dan gak memberi kepastian, idk).

kala itu, kala jarak sudah memberikan segan untuk hanya menyapa, aku mengetahui kamu telah dekat dengan orang lain. sambil tersenyum miris, di dekat teman baikku, aku cuma berkata "tuh kan, apa kataku. semua cuma bercanda." teman baikku masiht tertawa kecil, dan kita kembali mengerjakan semua hal yang kuharap mengalihkan pikiranku dari kamu.

jujur saja, saat itu aku lebih banyak menyalahkan diriku sendiri.
siapa suruh ngejauh?
siapa suruh di jakarta?
siapa suruh diem aja kalau suka?
siapa suruh membangun dinding setinggi langit cuma karena banyak kecewa?
siapa suruh..............suka kamu?

dan aku masih ingat ketika hari itu akhirnya aku mendapatkan cerita bahwa kamu sudah memiliki seseorang yang spesial, bahkan saat kita masih dekat. di saat aku ingin sekali minta maaf karena either aku menjauh, atau i set my hopes too high. di saat aku ingin memperbaiki semua dan lebih jujur tentang hati dan kenapa aku lelah.

ketika aku melihat wajahmu untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, aku tidak mampu berkata satu hal pun. rasa-rasanya kalau diingat, kamu adalah satu-satunya tamu yang tidak kusapa. satu-satunya orang yang tidak aku ajak bicara. bah, untuk tidak marah dan menangis di saat yang bersamaan saja aku berusaha keras.

sepulang dari melihat wajahmu, pertama kalinya setelah bertahun-tahun, aku menangis karena patah hati. aku inginnya gak nangis kok. pathetic. menyedihkan. miris. menyedihkan. tapi saat itu yang kurasakan hanyalah kekosongan yang kalau nafas aja sulit. yang kupikirkan saat itu, benar-benar ingin pertama kalinya self-harm cuma buat ngurangin rasa sakit yang gak berdarah. pertama kalinya seumur hidup, pengen melukai bagian lain tubuh untuk menyaingi rasa sakit yang kurasa.

lebay ya?
aku juga bingung bisa kepikiran seperti itu.
rasa-rasanya ini bukan aku juga.

setelah itu, kamu dari antah-berantah menyapa apakah aku baik-baik saja atau tidak. ya tuhan, kalau aku bisa berteriak lewat pesan singkat, aku juga udah pengennya bilang gak baik-baik saja. dan saat itu aku gamblang tentang perasaanku, dan saat aku melihat jawaban dan alasanmu, rasanya aku jatuh berkali-kali lagi.

ya Tuhan, patah hati memang gak enak ya?
maafin aku, ya Tuhan, pernah marah kalau ada orang yang bilang mending sakit gigi daripada sakit hati. soalnya sakit gigi juga gak enak, hehe.

aku tidak tahu mengapa hal ini lebih terasa menyakitkan. terakhir kali seperti ini, aku marah, block semua hal tentang orang itu, dan move on. sedihnya, kali ini aku bahkan masih berharap kita masih ada kesempatan. bahwa kita masih memiliki waktu. bahwa kita masih bisa kembali seperti bulan-bulan sebelumnya, karena pada dasarnya aku masih tidak bisa kehilangan lagi seseorang yang kuanggap penting di hidupku.

ya Tuhan, setelah menjadi anak pertama dan segala bebannya yang tidak bisa menumpahkan isi hati, apakah harus lebih berat lagi merasakan patah hati dan harus baik-baik saja di dunia nyata? menyebalkan. mau cerita juga siapa lagi yang mendengar? cerita sama temen yang sudah kucurhatin kok ya mikir paling mereka juga capek bebalnya aku masih berharap banyak sama kamu. sedih ya, hidup ini.

ya Tuhan, kalau aku masih boleh meminta, aku tidak ingin merasakan hal-hal seperti ini. aku tidak ingin membuka lagi diri hanya untuk mendapati lagi-lagi semua cuma sia-sia. aku tidak ingin mendapati lagu patah hati dan kemudian mendapati diri menangis sampai ketiduran. aku ingin baik-baik saja. tidak seperti aku menulis ini sambil lagi-lagi menangis.

ya Tuhan, aku tidak mau patah hati lagi. it sucks.

dan kalau boleh minta (lagi), Tuhan, berikan aku orang lain dengan nama lain selain berinisial huruf R karena sejak dulu, kayaknya kalau suka dengan inisial yang sama, yang ada cuma patah hati. lagi dan lagi.

oh ya, untuk kamu, maaf ya.
lagi-lagi aku masih mencatutkan kamu dalam tulisanku.
kalau aku bisa, lain kali, kamu tidak akan lagi kutulis.
tapi saat ini, yang ada cuma kamu.
dan daripada berbuat aneh-aneh, aku ingin menyembuhkan diri dengan kembali menulis dan sampai saat ini, kamu masih menjadi judulnya.



ps: sama kayak tulisan sebelumnya, aku inginnya bersyukur kayak orang-orang yang bilang "not my best year, but at least I met you." tapi kayaknya gak bakal bisa. karena kalau udah patah hati, ya yang bener aja? tau gitu dulu ga usah deket, ya kan? :) (tapi aku gak nyesel pernah kenal kamu, kemarin, tenang saja).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar