23 Januari 2025

#30hbc2523: (2019)

23/365; 2025.
#30HariBercerita


Membuat highlight di laman Instagram membawaku kembali pada tahun di mana hidupku seperti roller coaster. Semua hal dirasa hanya dalam setahun, secepat sang kereta naik-turun pada jalurnya. Ada hal-hal di luar kendali yang ingin kuatur tetap di tempatnya. Namun seperti tamparan tak kasat mata, semesta membawamu pada petualangan paling tak terduga. 

Aku pernah seperti seorang hopeless romantic yang terus-menerus menuliskan senja yang ia suka. Berharap dalam setiap katanya, ia menemukan cinta yang kupendam. Sosoknya yang terlalu sempurna membuatku enggan menyentuhnya dengan kelabu awan membendung. Hidupku hanya pecahan kaca yang terserak, tak pernah ingin melukai senyumnya yang selalu menyejukkan. 

Dalam perjalanannya, tanpa diduga, ada seseorang yang menyusup masuk. Dalam dingin malam, terpisah ratusan kilometer kala aku membawa sebagian hidupku ke Barat. Mengungsikan akal sehat, berakhir dengan hati yang kosong. Dengan satu telpon, dan sapaan-sapaan lain di setiap malam. Yang datang, yang pergi. Yang selalu memberikan harapan semu berupa janji-janji kita akan ke sana. Ke sana ke mana? Kutanya pada punggung yang kini berbalik, tak lagi bisa kugapai. Lagi-lagi ia memberikan segaris luka pada puisiku. Satu seri yang bahkan aku tidak pernah bisa mengakhirinya dengan benar. 

Tapi dibalik semua itu—aku masih menyatakan itulah tahun terbaik. Di sukarnya masa kuliah, langkahku tak pernah sendiri. Di rumah, di gedung yang terus bertambah tinggi, di kota Jakarta. Menelusuri bangunan tua di utara, termangu di setiap kemacetan selatan, berpiknik di depan Monas, mendatangi gudang toko buku, mencobai segala makanan baru. Ada aku, ada memori terbaik dalam hidup. 

Dan pada akhirnya, menutup tahun dengan segudang cerita. Ada kamu yang lagi-lagi menjadi alasan mengapa aku memilih sendiri, ada kamu yang menjadi jawaban seperti apa rasanya dicintai, ada kamu yang menyamai langkahku di setiap bangunan yang kita pijak. Ada kawan, ada cinta, ada cerita. Ada lagi alasan mengapa meskipun kamu pergi, setidaknya tahun terbaikku adalah kamu


// at least, i met you. 
23.01.25; 7.41pm

#30hbc2522: Keahlian

23/365; 2025.
#30HariBercerita


Pernah ada satu percakapan dalam telpon ketika ada hambatan dan semacamnya dalam pekerjaan. Dan bagaimana menempuh jarak 50 kilo hanya untuk mengecek lapangan yang sedang berjalan, membuatmu menghabiskan tiga jam hanya di jalanan. Sering kali, lelah tidak bisa dibendung. Seringnya, ingin bergelung dalam selimut saja. 

Namun pernah ada satu waktu, sebuah kalimat keluar, "Secapek apapun kamu, kamu kelihatan seneng ngejalaninnya." Refleksi yang keluar dari hari itu adalah, aku juga tidak pernah membayangkan aku menjalani pekerjaan lain. Rasanya berbeda kala menyelesaikan suatu desain, pun masalah yang ada. 

Nyatanya, secinta apapun kamu pada hal yang kau sukai, ada kalanya akan lelah. Pun sebaliknya. Untuk semua kelelahan yang merudung, akan ada penyelesaian untuk segalanya. Kepada waktu, kita akhirnya melebur—membiarkan semesta akhirnya memberikan jawabannya. 


//
23.01.25; 4.58pm

22 Januari 2025

#30hbc2521: (21)

22/365; 2025.
#30HariBercerita


aku berdansa dalam sendu
dua puluh satu—
cinta tak pernah semenyakitkan itu 
mereka berkata harusnya haru 
mengapa tak begitu? 
semenanjung biru
dipenuhi sang pilu 
lidahku kelu
cinta yang telah berlalu
kali ini tinggal luka membelenggu 
satu tahun melewati dua puluh
seharusnya pesta hingga larut
namun aku hanya termangu 
lagi-lagi langitku kelabu 
dan masih dipenuhi kamu


// 
22.01.25; 5.21pm

18 Januari 2025

Rapel #30HBC25.

p. 
#30hbc2512: (grieving is a weird thing)

18/365; 2025.
#30HariBercerita


dunia seolah berhenti sejenak. 

tak tahu definisi perasaan itu. 

hanya dengung panjang, lama

kemudian yang terjadi adalah menyadari bahwa dunia tetap berputar. jarum detik melalukan menit-menit keheningan tersebut. yang kau tahu, dunia terus berjalan. tak peduli di mana kamu berhenti, tak peduli rasa yang kau coba untuk telaah. dunia terus berlalu. dan pada akhirnya, kamu hanya harus terus berjalan sesuai laju yang tak kau tahu arahnya. 


// 
18.01.25; 6.13pm
____________________




g. street lamp (malibu nights - lany)
#30hbc2513: (serenity)

18/365; 2025.
#30HariBercerita


Dalam sejuk nyaman sore itu, di depan laptop yang sudah menemani melewati naik-turun hidup seperti bagaimana adanya, aku mempertanyakan apa yang sebetulnya aku inginkan dalam hidup? Apakah betul kedamaian yang diinginkan, setelah melewati karut-marut hidup? Karena sejatinya, hidup penuh cerita. Dan tidak semuanya berakhir indah. 

Atau yang kuinginkan hanya kebahagiaan? Tapi bagaimana kala sedih mengetuk, berusaha merengut? Sedangkan kita bukan Tuhan, yang bisa memutuskan jalannya cerita. Ada haru, ada biru. Semua ternyata satu. Seperti pelangi yang datang usai badai hujan, namun bisakah ia datang begitu saja tanpa adanya sang rintik?

Di ketenangan senja kala mentari mempersilakan sang gelap hadir, aku tidak menemukan jawaban. Mungkin, semua dijawab kala mencapai umur tiga puluh. Atau empat puluh? Mencoba mengais pengalaman dan cerita terlebih dahulu, sebelum menetap pada satu jawaban. Atau mungkin, kita memang tak akan pernah dapat jawabannya? Entahlah

Dan senja ini berakhir.
Namun tanya-tanya itu akan selalu ada


// kepala yang berisik, untuk jiwa yang ingin sunyi
18.01.25; 7.52pm
____________________




p. (valentine's day - lany)
#30hbc2514: 14.

18/365; 2025.
#30HariBercerita


Membicarakan Valentine adalah satu dari sekian hal yang tidak pernah kurasakan. Cokelat, bunga, cinta. Perayaan. Dirayakan. Pernah ada satu waktu ketika ada kata hampir pernah, namun dengan bodohnya aku melangkah pergi. Ketakutanku akan ditinggalkan membuatku seolah membenarkan untuk lebih dulu menjadi yang jahat untuk keluar dari hal yang rapuh. Aku menyelamatkan diriku, dengan melukai semua yang pernah ada. Dan pada akhirnya, tidak ada yang pernah menyelamatkanku

Dan pada akhirnya, 14 Februari hanya akan menjadi hari biasa dengan korting harga cokelat di setiap swalayan kecil. Namun pada akhirnya, aku memilih untuk tidak membelinya. Aku memilih pergi lagi, untuk merayakan diriku sendiri. Merayakan sunyi yang entah untuk sampai kapan. 


// 
18.01.25; 10.33pm
____________________




g. sunset (rose - two years)
#30hbc2515: unpopular opinion

18/365; 2025.
#30HariBercerita


Perjalanan untuk move on adalah hal paling aneh yang pernah kuketahui. Satu waktu kamu akan baik-baik saja, seperti hidup sebelum dia ada. Seolah hidupmu kembali seperti sedia kala. Tidak ada yang perlu disesali, pun hal-hal buruk yang kini seperti angin lalu. Semua pergi, seolah ia juga membawanya. 

Namun satu lagi terputar begitu saja, dan seolah hari-harimu kembali pada semua yang pernah terjadi. Kepada rasa bahagia yang ia beri dengan senyum dan lelucon receh di tengah sulitnya hari. Kepada payung warna-warni bodoh di tengah rintik hujan perkotaan padat lalu lintas, namun kamu akan selalu memaafkan pilihan-pilihan bodohnya. Kepada Agustus yang sekarang seperti cubitan pada hatimu, karena kamu akan selalu ingat meski ia mungkin sudah tidak peduli

Healing is a bullshit thing. Yang ada hanya you suck it all up, and life just goes on and on


// 
18.01.25; 6.41pm
____________________




p. 
#30hbc2516: (telat)

18/365; 2025.
#30HariBercerita


Ini aku, yang memikirkan harus merapel beberapa hari tulisan karena satu dan lain hal. Dan kata terlambat membuatku termangu. Apakah betul, ada kata terlambat untuk hidup ini? Apakah betul ada kata telat nikah karena semua orang di umurmu—bahkan yang lebih muda, telah lebih dulu membangun rumah tangganya? Apakah betul ada kata telat pada setiap jenjang karir, seolah ketika kamu hanya di situ-situ saja, kamu terbelakang dari semua karir yang ada? Apakah betul... ketika semua sudah melaju, kamu terlambat untuk merasakan hidup?

Dua puluh enam, dan dalam empat bulan lagi berganti tahun. Ketika semua sudah, mengapa aku yang masih di sini disebut terlambat? Padahal ada kalanya orang berkata: life starts in 30s. Ada jurnal yang bilang, bahkan di umur dua puluh lima, otak kecilmu belum sepenuhnya terbentuk. Lalu mengapa semua mengharapkan kita sudah unggul dalam hidup? Sudah menggapai semua hal yang seharusnya sudah kamu dapat?

Apakah benar, ketika semua sudah, kamu terlambat untuk melaluinya usai mereka?


// 
18.01.25; 7.36pm 
____________________




g.
#30hbc2517: 

18/365; 2025.
#30HariBercerita


Dan rindu itu hadir—menyusup, membuatmu mempertanyakan kewarasan dan integritasmu menjadi manusia. Perempuan. Menyelipkan pesan-pesan tersirat di setiap cerita yang kamu bagi, seperti bocah SMP yang menantikan sang pujaan hati memperhatikan bait-baitnya. Mengecek setiap siapa saja yang hadir menjadi penonton, walau mungkin tidak menjadi pembaca. Padahal, aku menitipkan setitik asa dan harap di sela-selanya. 

Meremas hati yang tak pernah tahu disebut apa hal-hal yang kita bagi. Adalah malam-malam aku menanti telponmu, dan pernyataan cinta kala kamu tak lagi mabuk. Melanturkan setiap dendam lama, namun tak pernah satu pun kita melaju untuk yang baru. Kita berputar-putar pada perasaan lama. Apakah ini hanya memang tentang yang telah berlalu?

Novel Satine yang menamparku untuk hal-hal yang sedang kualami di tengah ketiadaan kamu. Tapi untuk alasan-alasan yang semua tentang aku. Yang ingin dicintai, yang ingin punya teman cerita. Yang tersesat dalam kegelisahan, dan pikiran-pikiran asing tak ingin kujamahi. Suaramu seperti lagu pengantar tidur, walau pada akhirnya aku akan selalu terjaga untuk dada yang membuncah pada perasaan yang tidak bisa kudefinisikan. 

Aku memilin jemariku—menahan diri untuk tidak mengirimkan satu kalimat berupa cinta. Mungkin sebaiknya, aku meleburkan rindu dan lara ini pada tulisan-tulisan tentangmu. Sampai kapannya, aku tidak tahu. Namun ketahuilah, ada kamu di setiap frasa-frasa yang hadir di media sosialku.


// tentang rindu dan setitik lara.
18.01.25; 11.41pm
____________________




p. (about you - the 1975)
#30hbc2518: percakapan

18/365; 2025.
#30HariBercerita


Jariku menggulirkan laman pada ponsel dan melihat dua aplikasi lokapasar terkenal karena aku sedang menunggu paket yang kubeli di kedua tempat tersebut. Tiga paket pada toko oren, dan satu pada toko hijau. Dan bagaimana reaksiku setiap kali melacak di mana paketku namun terlalu pusing dengan toko hijau. Teringat percakapan malam itu tentang UI/UX dan tetek bengeknya. Dan bagaimana perbedaan perilaku perempuan dan laki-laki dalam menghadapi kedua lokapasar tersebut. Dan bagaimana percakapan lain mengalir tanpa perlu diundang. Dan bagaimana malam itu, kegelisahan yang kerap kali hadir, hilang begitu saja.

Kepada percakapan soal kekacauan pada konser-konser, kepada keluarga yang tak pernah sempurna, kepada piringan penyimpanan mana yang sebaiknya dipakai, kepada perempuan yang selalu hadir di hidupmu, kepada lagu-lagu dan film-film yang kita bagi, kepada dunia yang acapkali berputar begitu saja dan meninggalkan kita dengan sejuta kata "ya udah lah ya, gimana lagi", kepada percakapan yang selalu dimulai tengah malam. Dan apakah di antaranya masih ada rasa? Entahlah. Sejatinya, saat ini semua hanya terjadi dan aku tidak pernah bisa memberikan label yang benar untuk apapun yang ada di antaranya. 


// malam-malamku, masih kamu
18.01.25; 6.06pm

11 Januari 2025

#30hbc2511: Perempuan Panutan

11/365; 2025.
#30HariBercerita


Aku mungkin akan menjadi satu dari beribu orang yang menuliskan tentang siapa yang aku selalu ingin peluk lama. Membagi hangat menjadi sesama perempuan yang memiliki segudang mimpi, namun entah apakah demi semua yang ia miliki sekarang, ia mengubur impian lamanya. Demi bayi merah yang pernah hampir tenggelam, yang kemudian menjadi alasan-alasan mengapa ia menjadi apa adanya dia

Ini adalah surat terbuka untuk seseorang yang menyiapkan bekal-bekal di pagi hari. Menjadi alasan-alasan mengapa merindu masakan rumahan, masakan yang bukan aku. Karena sejatinya, aku hanya akan mencari cara tercepat untuk mengisi kelaparan yang datang di waktu-waktu tidak lazim—seperti dua jam melewati sang dua belas—ketika semesta berdiam usai hujan membasahi Ibu Pertiwi dan aku mendamba rasanya "pulang". Dimanja sejenak, sebelum kembali pada dunia yang tak pernah adil. 

Sesosok yang masih aku telpon untuk sekadar bertanya berapa takaran bumbu atau kerudung mana yang cocok. Yang bertanya apakah stok tabir surya penyelamat dari teriknya hari, masih bersisa untuk sekadar melewati satu hari lagi. Yang selalu bertanya, kapan pulang

Dan apabila semesta merestui, semoga doa-doa yang ia selipkan di setiap sujudnya—satu per satu akhirnya kugapai


// kepada Ibu terkasih
11.01.25; 12.47pm

#30hbc2510: (one night stand)

11/365; 2025.
#30HariBercerita


Deru napas melambat, hangat yang membelenggu—kini hanya menyisa selimut. Apabila ini yang mereka namakan cinta, mengapa rasanya hanya sesaat? Seperti euforia sejenak kala bersama, gemerlap bintang pada langit-langit sekotak ruang memadu kasih. Rasanya asing—untuk dua manusia yang melepas dahaga di suntuknya hidup. Rasanya hampa—seperti jarak pada jari-jariku karena ia bahkan tak menggenggamku kala selesai

Ada masanya aku mendamba apa rasanya dicintai. Tak dikejar waktu, pun diburu umur. Menelusuri perkotaan padat usai menjalani hari yang memuakkan, berbagi cerita tentang apapun yang buruk. Karena bersamanya, mungkin yang akan selalu terlihat adalah menyenangkan. Membeli secangkir kopi di hari Minggu usai berlari di sepanjang Senayan, menghabiskan hari libur seperti pasangan-pasangan lainnya. 

Menoleh pada sosok tak bernama di sebelahku, dan meresapi bagaimana bisa manusia bersama tanpa adanya cinta? Memenuhi gelap dengan kesementaraan, mengisi jengkal-jengkal kekosongan yang lama-kelamaan menumpuk. Bagaimana bisa kekosongan mengisi sesuatu yang tak terisi? Mencari celah—mana lagi yang bisa dialiri, karena ia bersifat sama seperti angin—tak terlihat namun mengisi ruang-ruang yang mendekapmu. 

Nanar mataku melihat kejauhan. Apartemen lantai dua puluh dan ufuk timur mulai mewarnai langit. Apakah semua yang usai memang harus hanya sampai di sini? Memunguti remah-remah harga diri yang tersisa, aku pergi—membawa segala kepenatan yang nyatanya tak pernah hilang hanya dengan semalam


// satu malam dan berganti.
11.01.25; 12.27am

9 Januari 2025

#30hbc2509

9/365; 2025.
#30HariBercerita


Menjadi dewasa itu sangat ganjil. Banyak hal-hal di dunia yang terkadang bertolak belakang, namun kita dituntut menjadi semuanya. Yang iya, yang tidak. Yang pakai hati, yang mati rasa. Menjadi diri sendiri, namun tidak diperbolehkan terlalu seperti adanya kamu. Seperti robot, kita disetel untuk menyesuaikan dengan apapun yang mereka mau. Pertanyaannya, apakah itu ingin kita? 

Topeng-topeng berlapis senyum, peluh di gerbong komuter, menggantung harap pada yang tidak peduli. Seberapa lama kita akan bertahan pada kehidupan seperti ini? Apa yang dicari dari setiap hari mengeluhkan pekerjaan yang semestinya bukan keahlian kita, demi sesuap makanan penunjang hari ke hari? Apakah berhasil kamu tetap hidup ketika semesta kelabu dan kau tak mampu?

Rintik hujan menyelimuti. Rasa lelah yang pada akhirnya dipendam. Keramaian Ibu Kota hanyut dalam pikiran. Sampai manakah usaha ini berlanjut? Sampai manakah aku akan terus menekan semua rasa yang menusuk dada ini? Entahlah. Dan ribuan jarum itu telah mematikan rasa, asa yang ada hanyalah bualan. Di bawah langit membeku, kita semua perlahan matikan siapa kita.


// 
09.01.25; 11.57pm

8 Januari 2025

#30hbc2508: wishlist

8/365; 2025.
#30HariBercerita


"Selamat ulang tahun."

Padam sudah lilin-lilin penanda seberapa jauh hidup berjalan. Konfeti telah jatuh, dan dua-belas telah dilewati. Ada harapan-harapan yang diakhiri amin—semoga ia terjawab suatu saat nanti. Hari ini, kita selebrasi. Saat ini, kita rayakan seberapa lama kita bertahan di Bumi yang semakin tua. Detik ini, aku mengecup bibirmu—dan berharap untuk selamanya


// selamat merayakan jalinan asa baru
08.01.25; 11.43pm

7 Januari 2025

#30hbc2507

7/365; 2025.
#30HariBercerita


you're a figment of my dreams
a hope that i wishfully whispered
to the coldest wind
'cause you're too far away
from my fingertips
even though your voice is lingering
the sound of laughters
and stories you made
those are my lullaby to the lonely nights
...far far away from your touch


// longing for you.
07.01.25; 9.17pm

6 Januari 2025

#30hbc2506: (this side of midnight)

6/365; 2025.
#30HariBercerita


Malam telah bergulir, namun wajah sang rembulan masih tersenyum. Aku tidak tahu apakah semua hanya halusinasiku, atau ia hanya berbentuk sabit dan aku mulai mengada-ngada. Kewarasanku tinggal setengah, hanyut dalam cinta yang membuatku mempertanyakan diri ini. Cukupkah aku dicintai? Mengapa mereka selalu menghilang usai separuh malam berbagi cerita?

Sunyi memeluk, dan suaranya masih menjadi nyanyian pengantar tidur. Malam kedua, ketiga, dan kini entah berapa kali aku mengeluhkan hidup padanya. Entah mengapa, dia bertahan untuk sosok kesepian ini. Meninggalkanku bertanya, seperti inikah cinta seharusnya? Meski dengan jarak membentang, dan jarum jam yang enggan memiliki poros yang sama. 

Gelap terusik mentari dan kita kembali menjadi dua insan yang terpisah ruang dan waktu. Tengah malam menyapanya, sedangkan aku dengan polusi yang membumbung tinggi di langit Jakarta. Akankah semesta berbaik hati untuk aku yang masih seorang diri? Ataukah semua ini hanya akan menjadi satu dari sekian kekecewaan? Entahlah

Aku menutup mata. Semua yang kuharap, kupendam jauh-jauh. Biar hati ini tak terluka, biar semua hanyalah jadi rasa selewat. 


// malam-malamku, kamu.
06.01.25; 3.05pm 


day 6: this side of midnight

5 Januari 2025

#30hbc2505: 5.

5/365; 2025.
#30HariBercerita


Lima tahun berlalu sudah.
Sudah apa?

Jalanan lengang telah tiada. Klakson sudah hidup, dan perkotaan kembali memiliki napasnya. Hidup berjalan, berdampingan. Tapi, apakah semua kembali normal

Gedung-gedung kosong telah kembali dijejaki. Silih berganti, namun pekerjaannya tetap sama. Ada yang familiar, ada pula wajah baru digusur waktu. Apakah yang di sebelahmu masih sama? Ataukah tempat itu telah menjadi prasasti sejarah?

Kota-kota sunyi, kini dihadiri oleh pendatang baru. Mencari asa yang dimatikan selamat dua tahun, terkurung dalam sekotak rumah dan kejenuhan. Apakah kemahiranmu bertambah dengan menyajikan dalgona dan memupuk tanaman cantik?

Dan sudah sampai manakah duniamu berubah? Lima tahun berlalu, namun rasanya seperti kemarin. Jarum jam seakan kehabisan tenaganya, dan baru saja ia kembali bernapas. Menghirup polusi yang dahulu dimaki, namun setidaknya begitulah hidup berjalan. 

Lalu apakah kamu sudah membuat kehidupan ini lebih berarti dari lima tahun yang lalu?


// tanya-tanya usai kembali seperti sedia kala
05.01.24; 10.26pm

4 Januari 2025

#30hbc2504: 10 tahun.

4/365; 2025.
#30HariBercerita


Jalanan ramai ini tidak pernah berubah dari sepuluh tahun yang lalu, ketika aku mulai mempertanyakan apa itu cinta. Yang kutahu rasa itu hadir secara instan—seperti kembang api di tengah perayaan, dan secepat itu ia padam. Hanya tersisa gelap malam, kekosongan, dan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab. 

Ada kalanya aku berpikir bahwa bersama pria itu akan selamanya. Karena aku hadir di tiap-tiap hari pentingnya, dan ia selalu ada. Namun ketika semua telah usai, yang ada hanya pertanyaan tentang siapa dia. Nyatanya kita tak pernah ada untuk hari-hari terburuk satu sama lain. Hanya ada untuk senang, tanpa tahu di mana kata sedih. 

Mungkin kepada lelaki yang mengantarkanku pada perasaan dicintai. Kepada jalanan Jakarta yang tak pernah sunyi, dan sepeda motornya yang ia bawa membelah malam usai menjelajah kuliner. Kepada cerita-cerita kelam yang kita bagi, dan hari-hari yang dipenuhi oleh jeda. Hanya satu-dua malam kala ia ada, dan kemudian tiada. Tenggelam dalam jarak, kepada pertanyaan apakah sebetulnya ia mencintai atau tinggal dendam lalu

Atau cinta pertama? Yang aku tidak pernah tahu harus kusematkan pada siapa. Dua sosok yang mengisi dua masa yang berbeda. Cinta monyet yang membuatku tersenyum kala ingatanku ditarik pada masa kecil, kala semua terasa sederhana. Atau tahunan usainya, kala sosok berkacamata itu mengenalkanku pada rasa baru. Perasaan diinginkan

Dan akhir-akhir ini, aku tak tahu bagaimana rasa itu seharusnya ada. Beberapa tahun belakang, aku lebih tahu diri dan mundur perlahan. Mengagumi dalam jarak, bahagia kala ia tersenyum lebar dalam genggam yang bukan aku. Untuk sejenak, kebahagiaan ini yang membuatku lebih hidup. Karena untuk merasakan luka kembali, sepertinya aku tidak siap. Tidak akan pernah siap

Satu dekade berlalu. Dan semuanya masih kabur. 
Tidak ada yang sempurna, kata mereka. Mungkin dari sekian banyak keberuntungan dalam hidup, ada satu atau dua hal yang tidak kita dapat. Dan mungkin, jawaban tentang cinta akan selamanya mengambang tak tergapai. 


// 
04.01.25; 10.51pm

3 Januari 2025

#30hbc2503: (nice to meet me)

3/365; 2025.
#30HariBercerita


Halo! Selamat datang kepada laman tempat aku mencurahkan isi kepala kecil ini. Selamat berkenalan dengan bagian aku yang tidak dapat kubicarakan. Mereka terpendam, menjadi fasad—yang nampaknya kini tak bisa kulepaskan. Kubiarkan saja, mungkin memang semestinya kita memiliki topeng-topeng yang dipersiapkan untuk sebagian grup manusia. Topeng mana yang kamu pernah terima?

Selamat menjadi bagian dari semesta yang kucipta. Bagi mereka yang pernah singgah—mengukir satu cerita yang pernah ada, kini tersimpan rapi di sela-sela kata yang kurangkai apik pada situs daring terkini. Apakah kamu ingat pada satu sendok besar es krim stroberi yang pernah kau bawa? Ingatkah kau pada jalanan lengang tengah malam, namun suara-suara klakson masih memantul? Atau satu kaset musik yang pernah dihadiahkan, namun kini entah di mana? Aku meletakkan kamu-kamu di antara setiap cerita, walau mungkin kamu tak merasa.

Selamat menikmati. Satu per satu ditulis, memilah siapa aku di setiap kata yang tertuang. Adalah aku yang dalam cinta dan kehilangan. Adalah aku yang dalam suka maupun duka. Adalah hidup, ketika semua berimbang. Dan seperti itulah, mereka ada. 

Semoga berkenan. Semoga berkenang


// catatan kaki penulis sibuk
03.01.25; 10.20pm


day 3: nice to meet me

2 Januari 2025

#30hbc2502

2/365; 2025.
#30HariBercerita



Beberapa tahun ke belakang, sepertinya menyerah untuk menentukan tujuan hidup. Tidak ada hal-hal spesifik yang kuambisikan untuk diraih. Mengalir pada sungai yang terkadang memiliki riak-riak, terlalu panjang namun tak pernah sampai pada samudera luas. Hilang arah. Tak memiliki rasa. 

Dan satu Januari di tahun lalu, angan yang kuciptakan tertulis rapi. Bagaimana meraih, dan pula ambisi-ambisi yang mungkin saja membuat hidup ini lebih berarti. Namun nampaknya, semesta enggan mendukung. Atau itu menjadi salah satu pertanda, bahwa sesungguhnya kita serahkan saja semua kepada Yang Di Atas? Entahlah, jawabnya pun tak pernah sampai. 

Tapi kali ini aku memberanikan diri lagi. Menulis sedikit impian yang beberapa bulan terakhir menjadi keinginan yang kuharap tercapai. Kata-kata semoga yang banyak kutuliskan, sekarang kini menjadi lebih nyata. Aku ingin kembali merasakan gairah untuk mengarungi hidup. Aku tidak ingin lagi merasa bosan menunggu di mana lautan yang dirindu sungai panjang ini. Aku ingin kembali merasakan adrenalin mengalir di setiap jengkal pembuluh darahku. Aku ingin kembali merasa hidup. Dan kita mulai hari ini.


// yang ingin berambisi dalam hidup
02.01.25; 12.56pm

1 Januari 2025

#30hbc2501: Semua aku (dulu) dirayakan.

1/365; 2025.
#30HariBercerita


Dentuman warna-warni kembang api membelah gelap malam. Dari satu sisi, menuju sisi lain, dan tak berhenti dalam beberapa menit. Tidak berlangsung lama, namun cukup mengisi kehampaan semesta barang sejenak. Memenuhi satu Januari dengan keindahan sejenak, sebelum kembali pada realita. 

Dahulu, semua peristiwa penting memiliki selebrasi-nya seperti hari ini. Ulang tahun pertama, kedua, ketiga, kelima, ke-10, ke-17, dan kemudian umur hanyalah angka yang semakin susah dihitung. Langkah pertama, gigi pertama, kata-kata pertama yang terucap, kemudian hanyalah bagaimana manusia belajar bertahan hidup. Juara favorit, juara harapan, juara satu, kemudian menjadi seseorang yang kehilangan arah hidupnya. Lebaran, Hari Kemerdekaan, Natal, Tahun Baru, kemudian tanggalan hitam seusainya yang menampar kita semua kembali kepada kemacetan jalanan Jakarta. Dahulu, semua dari kita selalu dirayakan

Entah sudah berapa lama aku tidak lagi merasakan kemegahan hari-hari yang dahulu kuanggap penting. Menjadi lebih dari seperempat abad dan menghadapi bahwa kehidupan ini tak lagi semudah kala menjadi anak sekolahan. Tak ada lagi gula-gula manis tertinggal dari umur tujuh belas, kini bermacam penyakit sudah semakin muda. Sudah berapa banyak kabar duka kamu dengar? Aku? Tak banyak, namun media sosialku cukup ramah mengingatkan. 

Dan entah sudah berapa lama aku termangu pada keindahan malam ini. Lagu Taylor Swift masih terputar tanpa adanya musik, hanya terngiang kata per kata. Tidak lagi terlarut pada ambisi untuk berpartisipasi merayakan, hanya pergantian hari. Hanya satu hari yang berlalu, dan kemudian kembali pada realita hidup. Walau lamat-lamat kubisikkan di tengah ramainya kesunyian ini. Semoga—entah untuk apapun harapan-harapan kecil yang masih tersisa dari tahun lalu. Semoga—dan kali ini tak lagi untuk kembali pada yang sedih. 


// selamat satu hari menginjak dua-ribu-dua-lima
01.01.25; 7.22pm