28 Desember 2020
Day 363 of 366: 3 more days to.... 2021? Or 2020 part II?
1 September 2020
Day 1: Describe your personality.
Meh. Gimana ya?
1. Introvert (paling gampang)
2. Still struggling sama temperamental (dulu gampang banget marah... sekarang... masih...)
3. Night owl
4. Kontradiktif. Kadang bisa raaaajiiiinnnn sekali, tapi kalo udah males ya buyar. Semua hal hampir kerasanya sih gitu kontradiktif.
5. Kadang aku ngerasa aku gak enakan banget orangnya. Terlalu mikirin perasaan orang.
6. Stubborn as hell. Taurean club!
7. Perfeksionis kalo udah rajin. Parah banget. Dulu jaman masih suka nyatet pelajaran, bisa ganti kertas kalo salah nulis. LOL.
8. MOOOOOOODYYYYYY.
9. Kalo ga punya kontrol diri yang bagus, kayaknya bakal semuanya aku tulis di medsos terutama Twitter. Gampang banget nyinyir, tapi kemudian kontradiktif sama nyinyiran awal. Sedang berusaha bisa melihat dua sisi, se-gak suka apapun. Men, susah!
10. Mewekan. Sumpah ya. Lihat video clip aja bisa nangis sampe bercucuran. Buset.
Meh. Aku suka susah buat menjabarkan kepribadianku. Mungkin bisa dicarilah, INFJ-T, taurus, shio macan. Hampir semuanya 95% aku banget. Yang belum aku cari itu kepribadian berdasarkan yang angka 1-9 itu (lupa namanya!).
Oh, satu lagi! Konsisten isn't my middle name. So I hope challenge ini bisa konsisten sampe 30 hari. HAHAHAHA. Yuk ah!
8 Juli 2020
tentang insecure, yang gak ada habisnya.
sedikit banyak aku mengalami lack of motivation for life. questioning myself all over again. is this something i wanted for so long? is this making me happy? i don't know. i really don't know. kayak tiba-tiba, aku merasa kehilangan arah aja. what should i do after this? why this is all felt doesn't right? i hate this kind of feeling tho.
mana akhir-akhir ini, aku semakin gak bisa tidur cepet. the noise inside my head... bener-bener. capek banget. tiba-tiba, banyak ngerasa insecure. temen-temen nemu path-nya masing-masing. ada yang mulai kerja sama ortunya, mulai jualan, nerusin bisnis sejak kuliah, lamaran, nikah. dan aku yang tetep begini-begini aja. malah semakin mempertanyakan diri.
padahal aku pernah ngomong sama diriku sendiri, insecure-ku gak akan membawaku ke mana-mana. and here i am, gak ke mana-mana juga. i am really scared for my life. for taking a new step ahead.
sebenernya pengen banget buat take a deep breath. sejenak. bener-bener pengen mengeluarkan stres yang lama banget dirasain terutama setelah skripsi kemarin. kemudian malah liat medsos, malah insekyur. temen udah gini, gitu, achieve abnsfojweljlfsxyz. terus otak sebelah lain bakal terus mempertanyakan: kamu tetep gini-gini aja?
overthinking kills you, right?
bahkan, aku sampe beberapa kali harus memaksa diri off dari sosmed. kalau mau maksain lebih, sebenernya malah mau cut out myself from sosmed. hapus akun mungkin? masih eman. entahlah. mana hidupku ya gini-gini aja. nothing special anymore.
dan itu menambah insecure-ku sejujurnya. hidupku yang begini. dan masih banyaknya noise yang 'nyalahin' diri sendiri for my failure in love life. kayak.... everyone's happy with their loved ones and here i am... questioning myself if i someday able to love again. menyedihkan, ya?
kadang, bener-bener ngerasa pengen jadi orang lain.
kalau kayak gini, rasanya pengen balik kuliah dan menenggelamkan diri sama deadline-deadline aja biar gak usah mikir jauh. biar gak perlu miris sama kehidupan sendiri yang kadang bikin miris kalau dibanding-bandingin sama orang lain.
"ya jangan dibandingin dong. kan hidupmu sendiri."
can i?
i mean, it's natural, right? kamu akan terus membandingkan. tidak membandingkan dirimu dengan orang lain? tenang saja, semesta gak pernah sebaik itu. masih ada keluarga, saudara, sampai tetangga yang kamu lupa namanya juga masih berbaik hati buat bandingin kamu sama anak-anak mereka.
insecure itu.... menyebalkan, ya?
10 Juni 2020
a story after all these years
Aku bisa merasakan aku terkaget. Aneh, ya? Kita menyadari sesuatu yang refleks. Tapi kali ini, aku benar-benar merasakan sebuah perasaan itu ketika melihatnya berada di antrian kedai kopi tempat aku bekerja paruh waktu.
"Anya?"
"H-hai."
Aziz Gagap tuh kayak gini ya? Atau aku aja yang mendadap gagap tidak mampu menemukan satu kata pun yang dapat kurangkai indah seperti puisi-puisiku tentangnya.
"Kerja di sini, toh?"
"Hehe, paruh waktu. Sambil nunggu lulusan."
"Nya..." Aku menoleh pada asal suara di belakangku. Lelaki berkacamata dengan label nama Ryan mengerling pada meja kasir dan setumpuk gelas plastik.
"E-eh?"
Aku kembali memfokuskan diriku pada aku yang sedang bekerja.
"Sori, sori. Pesen apa, Ta?"
"Americano aja satu. Less ice ya, Nya."
"Oke. Ada tambahan lagi?"
"Itu aja."
"Dua puluh lima ribu, ya."
Tanpa suara, ia menyodorkan selembar uang berwarna biru. Dengan cekatan sekaligus masih gugup, aku menukar uang dan memberikan struk pembelian kepadanya.
"Terima kasih. Ditunggu di sebalah sana, ya, untuk take away-nya."
"Oke. Nice to meet you again."
Yeah, walau pada akhirnya bertemu lagi usai bertahun-tahun, ternyata efek kehadiran masih sama. Memberikan sedikit kejut, dan sebuah beban aneh yang tidak mampu kudefinisikan.
"Mbak? Saya mau pesan."
Aku mendongak pada pelanggan selanjutnya. Ah, life always must go on, ya kan?, batinku sedih.
Kring! Srrrt.
"Darling, Americano-nya sudah?"
Sambil menunggu pelanggan, memang mataku sedang melarikan pandang pada lelaki yang menanti di meja Ryan sang bartender. Dan wanita yang baru saja memasuki kedai langsung menghampirinya. Ah, kekasih baru ya, Ta?
"Mocha aja deh, Mbak."
"Oke, atas nama siapa?"
"Indira."
"Anya?" Aku mendongak dari tab kasir.
"E-eh, kenapa Ta?"
"Aku duluan. Thanks ya. Nice to meet you..." Aku memperhatikan perawakannya yang tidak berubah. "Again. Soon."
Wanita tadi sepertinya sudah keluar. Dan lelaki itu akan menyusulnya. Aku tersenyum tipis.
"Nice to meet you too."
Akhirnya aku lihat lagi
Akhirnya aku temui
Oh
Tercekat lidahku
9 Juni 2020
imysb.
Han, if someday I move on and find somebody else, know that in one moment in my life, I loved you so much that it hurts. Really hurts. In a moment, I felt empty inside. Literally crying until I fell asleep. Literally scrolling through Instagram 'til Twitter to see your face and told myself that it was over.
Han, I know this was all about me. I don't know if you ever love me. Until now, I still feel like a joke and 'us' was a dream never come true. Tragedy. Even at the moment, I loved to listen to "Sad Beautiful Tragic" that I hated so much because of the sadness.
Han, I missed you. I am still, sometimes.
But it's okay. I'm okay.
Despite all the time I felt sick of myself and could ring your notification as soon as possible, I'm okay now. Sometimes it still felt like a dream, a perfect tragedy. But it's okay. You were moving into somewhere I don't know, and you're becoming someone I don't know. Or... it's as simple as this: I don't know you at all.
Han, if you read this. Know that I've loved you so much. I miss you, that's why I write this. But I'm okay. Like the last time we talked, I'm okay. Maybe I was too stupid, or tired, that explanations I wanted to say hung up on my tongue, and all I said was sorry.
Sorry, Han. If I ever loved you.
Or those hopes I set too high.
Or everything in between.
I'm sorry.
But still, I miss you.
18 Mei 2020
//
but the night i felt the scars whenever the truth came to the surface, all i could feel was emptiness. it's like your heart couldn't even feel a thing because it's dead. like... something or someone had just taken out my heart so when it came to feel, i was emotionless.
pain, tears, loss. months after that day, you're just okay with another life you never shared. a life i didn't know, or i blinded myself because of love. i don't know.
i don't understand what did i think when i was with you. or what i felt about us. the other minute i was like, "okay, this thing won't work, just ignore him." but the minute my phone rang and your name was there, i know i could not hang up and didn't heed your presence. i could not.
but right now, months after that day, i still find myself hoping. hope that your name is there, popped up on my notification. or someday we will work things out. or as simple as you tell that us wasn't just in my head. that us is real.
i don't know. i don't fucking now. right now, all the pain still there. even tears won't come back, i know it's you that ruin my life with those heartbeats. it's still you, the one i wish i cpild be with.
12 Mei 2020
Page 133 of 366: H-1.
Sumpah, bukan sebuah kebetulan sih. Kayak.... ada idenya mesti H-1. HAHAHA. Kayak sebuah update sebelum satu step ke depannya yang sepertinya akan berubah. H-1 ultah, satu step sebelum berubah umur. H-1 masuk semester baru, satu step sebelum semakin tua semester yang bakal jadi satu adventure baru. As simple as that.
Jadi.... ini H-1 sebelum umur bertambah satu tahun. 22 coy. Udah menuju lulus juga. Walaupun I still don't know if the major I took really what I want tho. Kayak, deep down, aku masih pengen nulis dan jadi jurnalis (atau kerja di bidang jurnalistik). Masih pengen bekerja sesuai hobi. Masih pengen ini itu yang terkadang feels like a dream I can't chase anymore.
Makin tua juga makin berkurang element of surprise di hidupku. Bayangin deh, mulai dua-tiga tahun yang lalu, milih kue ulang tahun sendiri. Bahkan nulis ucapan di atas kue juga sendiri. What a day. Hahahaha. Belum lagi makin lama makin gak enak kalau dikado temen. Soalnya aku udah males banget kalau harus beli kado dll gitu. Mana suka bokek pas kuliah :") jadi kayak... males aja.
Btw, I dunno if this was something I should.... apa ya. Entahlah. Tapi tadi siang pas took a nap, mimpi tentang si R. Scene-nya mirip kayak lapangan sekolahku, tapi aku tau itu bukan sekolahku. I remember the conversation between us tho. I said congratulations for his new relationship (semalem, aku sempet meyakini sebuah akun yang sepertinya pacarnya dia, kayaknya kebawa mimpi). And then he said something kayaknya dia bilang ingin menjelaskan sesuatu because then I said that, "Udah, gak ada yang perlu dijelasin lagi. Biar aku bisa move on dengan tenang." I feel like this dream was a reminder for me, kayak.. udah, Lin. Udah. It's time to let it all go. Mungkin ada baiknya balik lagi aku mute aja biar gak kepikiran. Huf. Eh tapi, semalemnya juga aku mimpi deng. Scene-nya di SD-ku tapi aku versi dewasa. Temen-temen versi SMA juga. Aku dateng kayaknya habis liburan. Terus aku duduk di sebelah temenku karena I think it's the only chair that's empty. Tapi malah pas udah jam masuk, aku duduk sebelah si R ini with no conversation.
Ah, end of this story aja deh.
Tapi satu hal yang pasti, it's like a reminder for future me (bener-bener H-1 banget mimpinya kayak gitu) buat akhirnya ya udah. Gak perlu penjelasan lagi. Gak perlu mencari tau. It's time to move on. Semoga bisa ya. Amin.
Apalagi update kehidupanku ya?
Ah, aku udah lama banget ya gak nulis blog. Bener-bener skripsi menyita waktu dan pikiran banget. Emosi, kesabaran, capek, dan sebagainya. Bener-bener campur-aduk banget mood selama mulai Januari sampe awal Mei kemarin. Puncak-puncaknya adalah akhir Maret, pas lagi awal-awal work from home (thanks to corona virus, but yeah fuck you). Itu parah banget sih, sampe aku merasa mental breakdown banget karena stres di rumah. But thanks God, I made it. 6 Mei kemarin akhirnya sidang, walaupun berakhir galau karena revisi seabrek. Tapi akhirnya... kelar. Belum deng, masih ada submission tanggal 18. But that's okay. I made it all those deadlines for the past four months, satu lagi bukan masalah. :")
Oh iya, thanks to corona fucking virus too. Tahun ini, mudik dilarang. Ied juga kelihatannya ditiadakan (karena sampai tanggal segini, kasusnya masih gila-gilaan di Indo). Gak bisa bukber (walaupun aku males, sebenernya kemarin sempet pengen ngadain buat ngerayain sama anak-anak kelas kuliah, biar ada kenang-kenangan aja). Gak bisa kumpul sama temen-temen lama. Ah, sedih. Fuck you corona virus. Really. Walaupun sudah lebih dari dua bulan di rumah, dan mulai terbiasa di rumah aja (malah mager banget mau keluar meski keperluan penting). Tapi, tetep. Fuck you, corona virus. Fuck you.
I miss mi baso Tasik, tho.
Argh, fuck you corona virus.
Mending refleksi deh, setahun ini dapet apa aja. Hahahahaha.
- Sabar. Everything takes time. Kadang aku terlalu rush into something. Mikir udah terlalu jauh. Sampe kadang harus bilang sama diri sendiri, everything takes time. Sabar. Inhale. Exhale.
- Akhirnya bisa merasakan hidup sendiri itu gimana. Thanks to Jakarta dan kesempatan buat ngekosnya selama hampir empat bulan. Kayak... oh gini toh rasanya mau makan enak tapi mikir seminggu kemudian harus makan apa biar hemat. Harus bisa milah mana mau, mana kebutuhan. Harus tahu apa konsekuensi dari perbuatan sendiri (masih tertanam dalam ingatan kebodohan main sama temen sampe malem, akhirnya pulang naik gojek sambil deg-degan HAHAHAHA). Tapi, at least I learnt something from living alone in different city. Yang pasti: sabar. Selalu tentang sabar emang.
- Jujur sama diri sendiri. Kadang kita tuh bisa aja terbuka sama orang lain even we knew sometimes there's a story we hide. Tapi akhirnya, aku mulai jujur sama diri sendiri kalau aku gak baik-baik saja. Someday, I will ask to the professional. Mau banget ngurangin overthinking yang kadang bener-bener membunuh banget.
- Tiba-tiba habis ngobrol sama mantan (V) dan Winda di Jakarta, I knew what I want in this life. Tiba-tiba aku mikir, what kind of a relationship I want (walau sedikit menyesal, ternyata si mantan adalah salah satu a kind of relationship I wanted).
- Konsistensi masih jadi musuh terbesar, ternyata. Hahahaha. Beneran deh, ada apa sih sama aku dan konsistensi? Sedih banget emang. Satu-satunya hal yang bisa kulewati dengan tertatih-tatih cuma dunia skripsi (dengan deadliner seperti biasa, of course).
- I learnt this couple days ago, kalau aku bisa bertahan in a relationship for so long adalah kalau aku punya 'motivasi'. Kayak... aku harus punya alasan. The longest one, is because I want a boyf when my birthday came. Jadi... aku suka bingung sama yang bisa bertahun-tahun pacaran. I still have lots to learn about being in a relationship tho.
- Last but not least, because I believe I got lots of things I learnt this year but I forgot some of them: YA UDAHLAH ADALAH KOENTJI. Tetep. :)
Eh iya, tahun ini aku merasa gak produktif buat nulis. Bener-bener tersita banget waktunya buat ngerjain skripsi. Tapi gak tau sih, ini baru aja Mei. Mungkin nanti pas kelar ini semua? Dunno. I hope so. Walaupun cuma untuk memuaskan diri sendiri.
Btw, I wrote this on my Twitter. That I'm very grateful I have some friends yang mendukung buat nulis. Walaupun cuma sekadar ngomong, "Eh, Lin, kan udah kelar deadline. Nulis lagi dong!" Atau ngomen di feed tentang tulisan yang aku post. Bener-bener ada yang ngedukung buat nulis tuh aku ngerasa.... seneng aja gitu. :") I feel blessed.
Ehm, aku pengen nulis wishes buat setahun kemudian. Tapi buntu banget. Paling... cuma semoga bahagia. Semoga cepet dapet kerja. Semoga dapat membantu orang tua. Semoga... dapet pacar? Hehehehe. Bingung juga aku harus berharap apa. The last 'relationship' taught me to kayaknya berharap muluk-muluk bener-bener gak aku banget. Sedih, ya? Some things we learnt bikin kita makin tau diri. Sedih.
Terakhir....
FINALLY I CAN SING 22 BY TAYLOR SWIFT EXACTLY ON MY 22ND BIRTHDAY. YUHU. Love this idea. Akhirnya. Walaupun sedihnya harus ngerayain sendiri di rumah juga. Gapapa. Seharian besok aku nyalain lagu itu aja. Hahahahahaha. :")
Oh iya, tentu saja. Update my playlist. Here we go.
(tapi ini mulai dari sekitaran Maret)
- All hits by One Republic (check out This Is OneRepublic, a playlist by Spotify, or simply just click the link linked)
- Alessia Cara - Out Of Love
- Lauv - Modern Loneliness
- L.Y.O.N - Semesta Bersabda (very super duper current, bener-bener baru hari ini suka banget)
- Svmmerdose - Crush
- Svmmerdose - Break My Walls
- Hindia - Secukupnya
- Ardhito Pramono - bitterlove
- Ringgo 5 - Purple Hour
- Liimo - All I Do
- All hits by Rita Ora (lagi suka aja suaranya)
- Diskoria, Dian Sastro - Serenata Jiwa Lara
- Hailee Steinfeld - Your Name Hurts
- Hailee Steinfeld - Wrong Direction
- OneRepublic - Didn't I (specificly... lol)
- Jonas Brothers - What A Man Gotta Do
- Halsey - Sorry
- Pamungkas - Break It
- Ben Sihombing - Sebegitunya
- Taylor Swift - Cruel Summer (...still)
- 5 Seconds of Summer - Easier
- Daya - Left Me Yet
- All hits by LANY (...cause why not)
- The 1975 - TOOTIMETOOTIMETOOTIME (...still)
- Selena Gomez - Back To You
- ....
Kayaknya... udah sih? Hahahaha. Udah mulai bingung juga mau nulis apaan. Akhir-akhir ini emang gampang banget buntunya. Lebih suka gampang nulis di Twitter. Apa aja yang dirasa langsung tersampaikan. Walaupun beberapa jam atau hari kemudian dihapus juga. Hehehe.
Ya udah, deh. Selamat berproyek dan berevisi. Semangat.
Sedikit lagi kelar drama perkuliahan ini. :")
Xoxo.
8 April 2020
unpopular opinion.
several days or weeks or months ago, aku lihat salah satu tweet or retweet i forgot, isinya pokoknya bilang kalau misalkan orang yang punya masalah mental atau apalah itu dengan dirinya sendiri, harusnya nyembuhin diri sendiri dulu baru boleh jumping into a relationship because your partner isn't a hospital (aku lupa the exact words tho, aku merasa itu mean banget jadi gamau retweet or love or anything).
terus barusan banget kepikiran, jahat gak sih yang nulis gitu? i mean, mereka yang kamu bilang sedang bermasalah dengan dirinya sendiri pasti deep down juga maunya baik-baik saja, gak pengen 'narik' seseorang buat jatuh ke permasalahan yang sama. kayak.. ya kita tau diri juga lah ya. tapi kalau di-'tekan'-kan kayak gitu tuh... semacam ngomong kalau somehow, they don't deserve to be in a relationship, you know?
gak tau sih ya.
aku pernah liat temenku yang struggle for years tho. alone. masa nih ya, kalau misal dia sampe bertahun-tahun can't get through that, she doesn't deserve someone who will stand by her? idk. siapa tau nih, kalau misal ada yang nemenin, dia lebih termotivasi?
karena aku beberapa tahun ini selalu mikir, i get this thing on my own so yeah i don't want to be in a commitment. karena satu dan lain hal. tapi begitu aku baca frasa tadi, aku jadi semacam... am i not worth it? struggle dengan permasalahan diri sendiri itu tuh, kadang butuh waktu. tapi masa iya, if it's love, we can't afford it? i can't afford it?
gak tahu sih. setelah beberapa kali nolak & 'nolak' orang dalam hidup karena aku gak bisa dalam komitmen, aku baca tadi merasa kayak... i don't deserve a love then, huh? lol, even til these days, i still think that maybe, in the future, i won't settle with anyone. kayak... gak nikah juga gapapa.
sejujurnya jahat sih. bahkan aku ga pernah mikir my previous/future partner is a fucking hospital. kalau bisa, aku juga gak bakal bagi 'penderitaan' yang sama. lol.
29 Februari 2020
from one song to another random thought.
16 Februari 2020
Sampai kapan?
Masalahnya, aku tidak tahu. I don't fucking know. Entah sampai kapan berkubang dalam biru sendirian. Entah sampai kapan puisi-puisi sendu dilahirkan. Entah sampai kapan aku tenggelam dalam menjadi 'sendiri saja'. Aku tidak tahu apabila kamu tanya sampai seberapa lama aku harus membiru seorang diri.
Aku juga ingin bahagia. Aku tidak ingin satu hari menjadi baik-baik saja, and the other day I fell into my knees, wish that something can heal all the wounds. It sucks, you know. Aku juga tidak ingin terus-menerus menjadi sendirian. Aku ingin ada seseorang yang bisa kuajak diskusi kala malam menghampiri, dan tetap ada di sisi kala pagi menjelang. Bukan yang hanya datang apabila butuh, kemudian pergi lagi seolah-olah aku tidak penting.
Aku juga ingin baik-baik saja. Lelah juga rasanya untuk terus terbelenggu sunyi. Aku lelah mendengarkan satu lagu, lalu menjadi sendu satu minggu kemudian. Aku tidak ingin selamanya seperti ini. Karena rasanya menyebalkan.
Ya Tuhan, kalau bisa aku Kauberi jawab, kali ini aku juga ingin berhenti saat ini juga untuk menjadi yang tertinggal dan sendirian dalam sendu. Aku juga ingin bahagia. Sesederhana itu.
2 Februari 2020
lol.
ketika lo dihujat karena merasa offended, karena lo mikir perasaan lo sendiri, dan semua orang akan bilang lo terlalu baper.
dan yang paling menyebalkan, ketika mereka baper dan kita membalikkan kalimat 'lo baper amat sih', mereka bakal marah-marah. kayak... hello? kemaren gue ngapain? nungguin gajah bertelor? lol. what's happening with our society?
kadang kita sembunyi dengan kata 'baper' buat berkata kasar atau malu bilang maaf, kadang kita terlalu takut dikatain baper, padahal manusiawi kali untuk jadi kecewa, tersinggung, apa pun itu? kasian banget ya Tuhan ngasih perasaan tapi malah dikatain? lol. this world going crazy i can't even fit in anywhere.
ingin dicukupkan, namun tak selalu bisa tergapai.
ingin bahagia tanpa ada kata 'tapi'.
ingin bahagia dengan cara paling sederhana.
sampai di titik ini, sampai pula pada saatnya cinta bukan lagi tentang keinginan untuk tawa dan tangis, lebih kepada bagaimana masa depan terbentuk tanpa adanya bumbu lain-lain. cukupilah, dan semuanya dicukupkan. kalau ingin lebih, rasa-rasanya berharap sudah terlalu muluk. di umur segini, perihal adanya sandaran di penghujung hari untuk menjadi teman sehidup semati rasanya lebih dari cukup.
cinta yang sesederhana itu.
cinta yang pada akhirnya layak untuk diriku.
tapi, sampai di titik ini pula, keinginan sesederhana itu tak pernah sederhana. sedih ya? padahal, Tuhan, aku tidak pernah ingin lebih dari kata sederhana.
6 Januari 2020
3 Januari 2020
kalau lagi patah hati, karena aku sedang patah hati:
- LANY - Malibu Nights
- Kunto Aji - Rehat
- Kunto Aji - Pilu Membiru
- Pamungkas - Sorry
- Pamungkas - I Love You But I'm Letting Go
- Dead Bachelors - Unfollow
- LANY - I Don't Wanna Love You Anymore
- LANY - Valentine's Day
- LANY, Julia Michaels - okay
- HONNE - Crying Over You
- Lifehouse - Broken
- Daughtry - September
- LANY - Thru These Tears
- Hailee Steinfeld - Wrong Direction
- Tulus - Langit Abu-Abu
- Taylor Swift - Wildest Dreams
- Taylor Swift - I Knew You Were Trouble
- Taylor Swift - Sad Beautiful Tragic
- Taylor Swift - Back To December
- Taylor Swift - Death By Thousand Cuts
R.
beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir, aku banyak berpikir, kapan ya aku pernah deket sama dia? jaman sekolah, satu dua memori tentang dia yang tercetus cuma angkot, nebeng pas pensi sekolah, temen sekelas yang banyak 'diidolakan', dan yang paling stand out cuma pernah cerita ke dia tentang aku suka orang dan aku gak bilang siapa orangnya dan dia dengan konyolnya "kamu suka aku ya?". time flies. time fucking flies.
gak banyak memori tentang dia. gak pernah tau hidupnya dia gimana juga. gak pernah merasa kenal dekat dulu. satu dua kali berhubungan, paling juga kayaknya basa-basi.
sampai suatu hari, basa-basi itu berubah jadi obrolan panjang. obrolan panjang berubah menjadi telpon tengah malam. telpon yang nginspirasi untuk nulis "late night phonecalls and the unspoken 'i love you'.". telpon yang akhirnya menjadi kebimbanganku. kalau dipikir-pikir, i loved you first. that night, i heard my own heart beating again. tapi seperti yang sudah-sudah, aku cuma menanamkan pada diriku sendiri bahwa semua ini cuma 'temen'. bahwa i don't deserve anything about love. bahwa aku tidak boleh baper. bahwa kamu mungkin cuma akan menjadikan aku hanya yang lalu.
walau kalau boleh jujur, telepon pertama itu hatiku tercubit mendengar kamu pernah mau dijodohin lewat ta'aruf. inget gak? aku inget banget karena aku tertawa miris saat itu. walau masih meyakinkan diri sendiri bahwa aku gak lagi suka sama kamu.
mungkin aku yang terlalu membawa perasaan saat kamu dengan bercandanya bilang kalau mau dekat denganku. mungkin aku terlalu membawa perasaan saat dengan mudahnya kamu perhatian kepada aku yang sudah lama tidak berhubungan dengan seseorang. terakhir kali suka orang, aku cuma bisa mengagumi dari jauh. tapi kali ini, sesuatu yang real aku rasakan. nyata. dan telpon-telpon selanjutnya cuma semakin membuatku luluh dan berpikir bahwa semua akan berjalan dengan baik. walaupun sedang jauh, cuma sebentar kok, pikirku saat itu. nanti, pulang, dunia mungkin cuma milik kita berdua.
pikirku dengan tolol saat itu.
ya Tuhan, aku berkata kasar lagi.
maaf ya, Tuhan.
saya juga manusia, belom kuat-kuat amat.
aku masih ingat hal pertama yang membuatku jatuh ragu. kamu hilang-hilangan saat itu. sibuk ini-itu. aku berusaha "oke, gapapa. cowok mah emang butuh waktu untuk dunianya." sampai saat itu rindu menumpuk dan aku tidak sanggup lagi memendam sendiri. gak, aku tidak bilang padamu secara langsung. kutitipkan rinduku pada teman yang dekat denganmu. dan ternyata, bom pertama jatuh di depan mukaku. selama kamu tidak menghubungiku, kamu baik-baik saja dan ngobrol dengan temanku. sambil menahan tangis, aku mensugesti bahwa temenku gak bakal suka sama kamu karena satu dan lain hal.
satu-satunya yang bisa mengalihkan perhatianku saat itu, bahwa aku masih memiliki kewajiban lain dan ya sudahlah. mungkin masih di awal, aku nyerah saja.
tapi kamu kembali. silly conversations, late-night phonecalls, dan perhatian-perhatian kecil lainnya. dan satu yang pasti, aku kembali buta. yang masih kupikirkan saat itu, this thing's gonna work. mungkin saat itu, aku cuma terlalu percaya diri.
aku kembali ragu kala aku melihat dengan siapa saja kamu dekat. teman-temanmu, sekelilingmu. i never like some of them. i knew some of them and i don't like them. dan mungkin kala itu, imajiku tentangmu masih sosok yang sama seperti 'teman SMA' yang selalu aku pikirkan. ternyata, time fucking flies and you're not someone I used to know. tapi aku pikir lagi, ya udah lah, semua orang pasti berubah.
sampai saat itu, aku kembali dan semakin banyak hal yang dipikirkan. skrispi, laporan, and stuff like that. seperti yang sudah-sudah, aku akan lelah dengan sendirinya dan berusaha mundur dan menjauh. hidupku sudah dikelilingi stres dan beban, rasa-rasanya aku tidak ingin cinta yang tidak pasti lagi. kamu masih entah dengan tarik-ulur (atau kalau dipikir-pikir sekarang, kayaknya aku yang terlalu menganggap kamu 'dekat' denganku dan gak memberi kepastian, idk).
kala itu, kala jarak sudah memberikan segan untuk hanya menyapa, aku mengetahui kamu telah dekat dengan orang lain. sambil tersenyum miris, di dekat teman baikku, aku cuma berkata "tuh kan, apa kataku. semua cuma bercanda." teman baikku masiht tertawa kecil, dan kita kembali mengerjakan semua hal yang kuharap mengalihkan pikiranku dari kamu.
jujur saja, saat itu aku lebih banyak menyalahkan diriku sendiri.
siapa suruh ngejauh?
siapa suruh di jakarta?
siapa suruh diem aja kalau suka?
siapa suruh membangun dinding setinggi langit cuma karena banyak kecewa?
siapa suruh..............suka kamu?
dan aku masih ingat ketika hari itu akhirnya aku mendapatkan cerita bahwa kamu sudah memiliki seseorang yang spesial, bahkan saat kita masih dekat. di saat aku ingin sekali minta maaf karena either aku menjauh, atau i set my hopes too high. di saat aku ingin memperbaiki semua dan lebih jujur tentang hati dan kenapa aku lelah.
ketika aku melihat wajahmu untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, aku tidak mampu berkata satu hal pun. rasa-rasanya kalau diingat, kamu adalah satu-satunya tamu yang tidak kusapa. satu-satunya orang yang tidak aku ajak bicara. bah, untuk tidak marah dan menangis di saat yang bersamaan saja aku berusaha keras.
sepulang dari melihat wajahmu, pertama kalinya setelah bertahun-tahun, aku menangis karena patah hati. aku inginnya gak nangis kok. pathetic. menyedihkan. miris. menyedihkan. tapi saat itu yang kurasakan hanyalah kekosongan yang kalau nafas aja sulit. yang kupikirkan saat itu, benar-benar ingin pertama kalinya self-harm cuma buat ngurangin rasa sakit yang gak berdarah. pertama kalinya seumur hidup, pengen melukai bagian lain tubuh untuk menyaingi rasa sakit yang kurasa.
lebay ya?
aku juga bingung bisa kepikiran seperti itu.
rasa-rasanya ini bukan aku juga.
setelah itu, kamu dari antah-berantah menyapa apakah aku baik-baik saja atau tidak. ya tuhan, kalau aku bisa berteriak lewat pesan singkat, aku juga udah pengennya bilang gak baik-baik saja. dan saat itu aku gamblang tentang perasaanku, dan saat aku melihat jawaban dan alasanmu, rasanya aku jatuh berkali-kali lagi.
ya Tuhan, patah hati memang gak enak ya?
maafin aku, ya Tuhan, pernah marah kalau ada orang yang bilang mending sakit gigi daripada sakit hati. soalnya sakit gigi juga gak enak, hehe.
aku tidak tahu mengapa hal ini lebih terasa menyakitkan. terakhir kali seperti ini, aku marah, block semua hal tentang orang itu, dan move on. sedihnya, kali ini aku bahkan masih berharap kita masih ada kesempatan. bahwa kita masih memiliki waktu. bahwa kita masih bisa kembali seperti bulan-bulan sebelumnya, karena pada dasarnya aku masih tidak bisa kehilangan lagi seseorang yang kuanggap penting di hidupku.
ya Tuhan, setelah menjadi anak pertama dan segala bebannya yang tidak bisa menumpahkan isi hati, apakah harus lebih berat lagi merasakan patah hati dan harus baik-baik saja di dunia nyata? menyebalkan. mau cerita juga siapa lagi yang mendengar? cerita sama temen yang sudah kucurhatin kok ya mikir paling mereka juga capek bebalnya aku masih berharap banyak sama kamu. sedih ya, hidup ini.
ya Tuhan, kalau aku masih boleh meminta, aku tidak ingin merasakan hal-hal seperti ini. aku tidak ingin membuka lagi diri hanya untuk mendapati lagi-lagi semua cuma sia-sia. aku tidak ingin mendapati lagu patah hati dan kemudian mendapati diri menangis sampai ketiduran. aku ingin baik-baik saja. tidak seperti aku menulis ini sambil lagi-lagi menangis.
ya Tuhan, aku tidak mau patah hati lagi. it sucks.
dan kalau boleh minta (lagi), Tuhan, berikan aku orang lain dengan nama lain selain berinisial huruf R karena sejak dulu, kayaknya kalau suka dengan inisial yang sama, yang ada cuma patah hati. lagi dan lagi.
oh ya, untuk kamu, maaf ya.
lagi-lagi aku masih mencatutkan kamu dalam tulisanku.
kalau aku bisa, lain kali, kamu tidak akan lagi kutulis.
tapi saat ini, yang ada cuma kamu.
dan daripada berbuat aneh-aneh, aku ingin menyembuhkan diri dengan kembali menulis dan sampai saat ini, kamu masih menjadi judulnya.
ps: sama kayak tulisan sebelumnya, aku inginnya bersyukur kayak orang-orang yang bilang "not my best year, but at least I met you." tapi kayaknya gak bakal bisa. karena kalau udah patah hati, ya yang bener aja? tau gitu dulu ga usah deket, ya kan? :) (tapi aku gak nyesel pernah kenal kamu, kemarin, tenang saja).