11/365; 2025.
#30HariBercerita
Aku mungkin akan menjadi satu dari beribu orang yang menuliskan tentang siapa yang aku selalu ingin peluk lama. Membagi hangat menjadi sesama perempuan yang memiliki segudang mimpi, namun entah apakah demi semua yang ia miliki sekarang, ia mengubur impian lamanya. Demi bayi merah yang pernah hampir tenggelam, yang kemudian menjadi alasan-alasan mengapa ia menjadi apa adanya dia.
Ini adalah surat terbuka untuk seseorang yang menyiapkan bekal-bekal di pagi hari. Menjadi alasan-alasan mengapa merindu masakan rumahan, masakan yang bukan aku. Karena sejatinya, aku hanya akan mencari cara tercepat untuk mengisi kelaparan yang datang di waktu-waktu tidak lazim—seperti dua jam melewati sang dua belas—ketika semesta berdiam usai hujan membasahi Ibu Pertiwi dan aku mendamba rasanya "pulang". Dimanja sejenak, sebelum kembali pada dunia yang tak pernah adil.
Sesosok yang masih aku telpon untuk sekadar bertanya berapa takaran bumbu atau kerudung mana yang cocok. Yang bertanya apakah stok tabir surya penyelamat dari teriknya hari, masih bersisa untuk sekadar melewati satu hari lagi. Yang selalu bertanya, kapan pulang.
Dan apabila semesta merestui, semoga doa-doa yang ia selipkan di setiap sujudnya—satu per satu akhirnya kugapai.
// kepada Ibu terkasih.
11.01.25; 12.47pm