11 Januari 2025

#30hbc2511: Perempuan Panutan

11/365; 2025.
#30HariBercerita


Aku mungkin akan menjadi satu dari beribu orang yang menuliskan tentang siapa yang aku selalu ingin peluk lama. Membagi hangat menjadi sesama perempuan yang memiliki segudang mimpi, namun entah apakah demi semua yang ia miliki sekarang, ia mengubur impian lamanya. Demi bayi merah yang pernah hampir tenggelam, yang kemudian menjadi alasan-alasan mengapa ia menjadi apa adanya dia

Ini adalah surat terbuka untuk seseorang yang menyiapkan bekal-bekal di pagi hari. Menjadi alasan-alasan mengapa merindu masakan rumahan, masakan yang bukan aku. Karena sejatinya, aku hanya akan mencari cara tercepat untuk mengisi kelaparan yang datang di waktu-waktu tidak lazim—seperti dua jam melewati sang dua belas—ketika semesta berdiam usai hujan membasahi Ibu Pertiwi dan aku mendamba rasanya "pulang". Dimanja sejenak, sebelum kembali pada dunia yang tak pernah adil. 

Sesosok yang masih aku telpon untuk sekadar bertanya berapa takaran bumbu atau kerudung mana yang cocok. Yang bertanya apakah stok tabir surya penyelamat dari teriknya hari, masih bersisa untuk sekadar melewati satu hari lagi. Yang selalu bertanya, kapan pulang

Dan apabila semesta merestui, semoga doa-doa yang ia selipkan di setiap sujudnya—satu per satu akhirnya kugapai


// kepada Ibu terkasih
11.01.25; 12.47pm

#30hbc2510: (one night stand)

11/365; 2025.
#30HariBercerita


Deru napas melambat, hangat yang membelenggu—kini hanya menyisa selimut. Apabila ini yang mereka namakan cinta, mengapa rasanya hanya sesaat? Seperti euforia sejenak kala bersama, gemerlap bintang pada langit-langit sekotak ruang memadu kasih. Rasanya asing—untuk dua manusia yang melepas dahaga di suntuknya hidup. Rasanya hampa—seperti jarak pada jari-jariku karena ia bahkan tak menggenggamku kala selesai

Ada masanya aku mendamba apa rasanya dicintai. Tak dikejar waktu, pun diburu umur. Menelusuri perkotaan padat usai menjalani hari yang memuakkan, berbagi cerita tentang apapun yang buruk. Karena bersamanya, mungkin yang akan selalu terlihat adalah menyenangkan. Membeli secangkir kopi di hari Minggu usai berlari di sepanjang Senayan, menghabiskan hari libur seperti pasangan-pasangan lainnya. 

Menoleh pada sosok tak bernama di sebelahku, dan meresapi bagaimana bisa manusia bersama tanpa adanya cinta? Memenuhi gelap dengan kesementaraan, mengisi jengkal-jengkal kekosongan yang lama-kelamaan menumpuk. Bagaimana bisa kekosongan mengisi sesuatu yang tak terisi? Mencari celah—mana lagi yang bisa dialiri, karena ia bersifat sama seperti angin—tak terlihat namun mengisi ruang-ruang yang mendekapmu. 

Nanar mataku melihat kejauhan. Apartemen lantai dua puluh dan ufuk timur mulai mewarnai langit. Apakah semua yang usai memang harus hanya sampai di sini? Memunguti remah-remah harga diri yang tersisa, aku pergi—membawa segala kepenatan yang nyatanya tak pernah hilang hanya dengan semalam


// satu malam dan berganti.
11.01.25; 12.27am

9 Januari 2025

#30hbc2509

9/365; 2025.
#30HariBercerita


Menjadi dewasa itu sangat ganjil. Banyak hal-hal di dunia yang terkadang bertolak belakang, namun kita dituntut menjadi semuanya. Yang iya, yang tidak. Yang pakai hati, yang mati rasa. Menjadi diri sendiri, namun tidak diperbolehkan terlalu seperti adanya kamu. Seperti robot, kita disetel untuk menyesuaikan dengan apapun yang mereka mau. Pertanyaannya, apakah itu ingin kita? 

Topeng-topeng berlapis senyum, peluh di gerbong komuter, menggantung harap pada yang tidak peduli. Seberapa lama kita akan bertahan pada kehidupan seperti ini? Apa yang dicari dari setiap hari mengeluhkan pekerjaan yang semestinya bukan keahlian kita, demi sesuap makanan penunjang hari ke hari? Apakah berhasil kamu tetap hidup ketika semesta kelabu dan kau tak mampu?

Rintik hujan menyelimuti. Rasa lelah yang pada akhirnya dipendam. Keramaian Ibu Kota hanyut dalam pikiran. Sampai manakah usaha ini berlanjut? Sampai manakah aku akan terus menekan semua rasa yang menusuk dada ini? Entahlah. Dan ribuan jarum itu telah mematikan rasa, asa yang ada hanyalah bualan. Di bawah langit membeku, kita semua perlahan matikan siapa kita.


// 
09.01.25; 11.57pm

8 Januari 2025

#30hbc2508: wishlist

8/365; 2025.
#30HariBercerita


"Selamat ulang tahun."

Padam sudah lilin-lilin penanda seberapa jauh hidup berjalan. Konfeti telah jatuh, dan dua-belas telah dilewati. Ada harapan-harapan yang diakhiri amin—semoga ia terjawab suatu saat nanti. Hari ini, kita selebrasi. Saat ini, kita rayakan seberapa lama kita bertahan di Bumi yang semakin tua. Detik ini, aku mengecup bibirmu—dan berharap untuk selamanya


// selamat merayakan jalinan asa baru
08.01.25; 11.43pm

7 Januari 2025

#30hbc2507

7/365; 2025.
#30HariBercerita


you're a figment of my dreams
a hope that i wishfully whispered
to the coldest wind
'cause you're too far away
from my fingertips
even though your voice is lingering
the sound of laughters
and stories you made
those are my lullaby to the lonely nights
...far far away from your touch


// longing for you.
07.01.25; 9.17pm

6 Januari 2025

#30hbc2506: (this side of midnight)

6/365; 2025.
#30HariBercerita


Malam telah bergulir, namun wajah sang rembulan masih tersenyum. Aku tidak tahu apakah semua hanya halusinasiku, atau ia hanya berbentuk sabit dan aku mulai mengada-ngada. Kewarasanku tinggal setengah, hanyut dalam cinta yang membuatku mempertanyakan diri ini. Cukupkah aku dicintai? Mengapa mereka selalu menghilang usai separuh malam berbagi cerita?

Sunyi memeluk, dan suaranya masih menjadi nyanyian pengantar tidur. Malam kedua, ketiga, dan kini entah berapa kali aku mengeluhkan hidup padanya. Entah mengapa, dia bertahan untuk sosok kesepian ini. Meninggalkanku bertanya, seperti inikah cinta seharusnya? Meski dengan jarak membentang, dan jarum jam yang enggan memiliki poros yang sama. 

Gelap terusik mentari dan kita kembali menjadi dua insan yang terpisah ruang dan waktu. Tengah malam menyapanya, sedangkan aku dengan polusi yang membumbung tinggi di langit Jakarta. Akankah semesta berbaik hati untuk aku yang masih seorang diri? Ataukah semua ini hanya akan menjadi satu dari sekian kekecewaan? Entahlah

Aku menutup mata. Semua yang kuharap, kupendam jauh-jauh. Biar hati ini tak terluka, biar semua hanyalah jadi rasa selewat. 


// malam-malamku, kamu.
06.01.25; 3.05pm 


day 6: this side of midnight

5 Januari 2025

#30hbc2505: 5.

5/365; 2025.
#30HariBercerita


Lima tahun berlalu sudah.
Sudah apa?

Jalanan lengang telah tiada. Klakson sudah hidup, dan perkotaan kembali memiliki napasnya. Hidup berjalan, berdampingan. Tapi, apakah semua kembali normal

Gedung-gedung kosong telah kembali dijejaki. Silih berganti, namun pekerjaannya tetap sama. Ada yang familiar, ada pula wajah baru digusur waktu. Apakah yang di sebelahmu masih sama? Ataukah tempat itu telah menjadi prasasti sejarah?

Kota-kota sunyi, kini dihadiri oleh pendatang baru. Mencari asa yang dimatikan selamat dua tahun, terkurung dalam sekotak rumah dan kejenuhan. Apakah kemahiranmu bertambah dengan menyajikan dalgona dan memupuk tanaman cantik?

Dan sudah sampai manakah duniamu berubah? Lima tahun berlalu, namun rasanya seperti kemarin. Jarum jam seakan kehabisan tenaganya, dan baru saja ia kembali bernapas. Menghirup polusi yang dahulu dimaki, namun setidaknya begitulah hidup berjalan. 

Lalu apakah kamu sudah membuat kehidupan ini lebih berarti dari lima tahun yang lalu?


// tanya-tanya usai kembali seperti sedia kala
05.01.24; 10.26pm

4 Januari 2025

#30hbc2504: 10 tahun.

4/365; 2025.
#30HariBercerita


Jalanan ramai ini tidak pernah berubah dari sepuluh tahun yang lalu, ketika aku mulai mempertanyakan apa itu cinta. Yang kutahu rasa itu hadir secara instan—seperti kembang api di tengah perayaan, dan secepat itu ia padam. Hanya tersisa gelap malam, kekosongan, dan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab. 

Ada kalanya aku berpikir bahwa bersama pria itu akan selamanya. Karena aku hadir di tiap-tiap hari pentingnya, dan ia selalu ada. Namun ketika semua telah usai, yang ada hanya pertanyaan tentang siapa dia. Nyatanya kita tak pernah ada untuk hari-hari terburuk satu sama lain. Hanya ada untuk senang, tanpa tahu di mana kata sedih. 

Mungkin kepada lelaki yang mengantarkanku pada perasaan dicintai. Kepada jalanan Jakarta yang tak pernah sunyi, dan sepeda motornya yang ia bawa membelah malam usai menjelajah kuliner. Kepada cerita-cerita kelam yang kita bagi, dan hari-hari yang dipenuhi oleh jeda. Hanya satu-dua malam kala ia ada, dan kemudian tiada. Tenggelam dalam jarak, kepada pertanyaan apakah sebetulnya ia mencintai atau tinggal dendam lalu

Atau cinta pertama? Yang aku tidak pernah tahu harus kusematkan pada siapa. Dua sosok yang mengisi dua masa yang berbeda. Cinta monyet yang membuatku tersenyum kala ingatanku ditarik pada masa kecil, kala semua terasa sederhana. Atau tahunan usainya, kala sosok berkacamata itu mengenalkanku pada rasa baru. Perasaan diinginkan

Dan akhir-akhir ini, aku tak tahu bagaimana rasa itu seharusnya ada. Beberapa tahun belakang, aku lebih tahu diri dan mundur perlahan. Mengagumi dalam jarak, bahagia kala ia tersenyum lebar dalam genggam yang bukan aku. Untuk sejenak, kebahagiaan ini yang membuatku lebih hidup. Karena untuk merasakan luka kembali, sepertinya aku tidak siap. Tidak akan pernah siap

Satu dekade berlalu. Dan semuanya masih kabur. 
Tidak ada yang sempurna, kata mereka. Mungkin dari sekian banyak keberuntungan dalam hidup, ada satu atau dua hal yang tidak kita dapat. Dan mungkin, jawaban tentang cinta akan selamanya mengambang tak tergapai. 


// 
04.01.25; 10.51pm