5 Maret 2025

day 5: flowers trapped in spiderwebs

it was rainy day when you stood in front of my small porch
i couldn't defined what the reds were for—
either the lunar new year that i celebrated all my life
or it's just us, celebrated in that lovey-dovey day 
i always told you that i couldn't take care of any living thing
and i laughed my ass off when you brought me 
a bouquet of fake roses with chocolate bars 
you understood
and therefore, this so called independent girl fell in love
i could pictured the roses everyday in a cute vase 
and enjoyed my chocolate bars every time i got sad
like today when i realized that it's been ten months
since the last time i saw you right under the street light
because you couldn't stand the fact that you'd called it off 
if it's in front of my parents' house 
cause you were their favorite one
i'm still up sometime between midnight and early morning 
staring at your red roses that's been a home to invisible spiders
because all i see was their webs but couldn't find them
like your ghost that's been haunting this space 
yet i couldn't reach your fingers anymore 
like i used to 


// once upon a valentine
05.03.25; 10.07am

27 Februari 2025

as annoying as "i got the words but i forgot to write it so it's totally gone" thing going on in every second of my life, it's annoying too that i have list of things i want to write about but i don't know what the first words to write about it -_- hrgrrgggghhhh

21 Februari 2025

too attached. not attached. too much attached.

growing up, i hate being too attached. i built my wall up so high, because i hate being disappointed when people left. i don't like the feeling of being the one who get left behind, and everybody just moved on with their life—like the memories of us didn't even matter to them. so in few years back, i've watched myself built distance to every people i've met. like i had prepared enough if they'd leave the second after. and sometimes it sucks. most of the time... it sucks

over the years, when i found the vibes i was into, it felt like a sin to get attached to. it's like, "is it okay if i let down my guard and let someone in?" and it's becoming something i thought for a long time. the battle in my head, the overthinker. and in that years too, i got so much disappointments for watching myself getting sad when they left. i know it's their life too, that they had their rights to get the best in their life, but was i never the part of their life again?

i don't like watching myself got too attached when i picked up your call long time ago. i never had the exact time, it piled up with our conversations. your voice became something i long for, when the days were hard and i couldn't take it anymore. you had your stories that made me laugh, and suddenly everything didn't matter—your age, my insecurities, our past. and now, i can't imagine if you'll walk away someday and find your loved one. what would i do to ease the pain of loneliness?

i hate being attached. 
and now you're becoming another reason why i have to prepare myself on being heartbroken if you ever leave someday. you're becoming another reason that maybe i feel the love, but as a person who never spoke about my feelings, i'll watch myself being sad if you're gonna leave someday


// attached to something that never stays
21.02.25; 5.41pm

16 Februari 2025

Open (Valentine's) Letter.

Hi, H.
It's been a while that your name becomes the muse in this medium. Some words I used, recalling the nights where I found myself being heard of. I don't even know how it started. The first ring, just became another midnight phone calls and heartaches. Distance and timing, seems like the universe told me to just let go—just like friends told me to. It's like I was hanging on the ropes, the last thing that's holding us was the love you've proudly told 'em to. 

It's kind of love that I've been kinda lost in. To be scared of how things would fall apart if I was being honest. To long for someone who's not around, while your voice bouncing through my head. To hold myself, because they said it's not love or like you're grown up enough to be not in this state. But—for heaven's sake—you made my sanity lost even you're the one who drank lots of whisky. I woke up with this hangover, so lost when I realized that maybe it would be another full moon to get your name up on my notification. And in between, it's just poems that I wrote to cure whatever it was that I felt

From a ride to downtown Jakarta to find books, sweet drinks and coffees to accompany stories we shared, and now your voice that calms my anxiety through the shitty life. Now I don't know if I'll be able to get through tomorrows if I'll ever leave this behind. Because they said I should take another chances, and maybe it's not with you anymore. 

I'll never be able to define what was I feel about you. I asked them what is love, and all I got is that you should never be confused about it. But goddamn, I never knew what love is about all my life. And you came around, made me questioning how I felt for a long long time. Made me realized, is this love between us or just me... longing to get out of this loneliness. Because once I felt so loved with you around, but have I ever felt the love too?

Maybe you cursed me in your sleep, and all I got is this confusion. Maybe you hated me for giving you heartaches for decades. Maybe you're just as lonely as I am. But I hope someday when you'll tune up this playlist in your lowest time, remember, you're once loved. By them, by her, by me. At least that's the last thing I could tell before I go. 

Hello. Good bye. 
You definitely know who you are in between these lines. But I don't know when will these messages reach your notification. 


// another farewell to the muse of my life. 
16.02.25; 4.49pm

23 Januari 2025

#30hbc2523: (2019)

23/365; 2025.
#30HariBercerita


Membuat highlight di laman Instagram membawaku kembali pada tahun di mana hidupku seperti roller coaster. Semua hal dirasa hanya dalam setahun, secepat sang kereta naik-turun pada jalurnya. Ada hal-hal di luar kendali yang ingin kuatur tetap di tempatnya. Namun seperti tamparan tak kasat mata, semesta membawamu pada petualangan paling tak terduga. 

Aku pernah seperti seorang hopeless romantic yang terus-menerus menuliskan senja yang ia suka. Berharap dalam setiap katanya, ia menemukan cinta yang kupendam. Sosoknya yang terlalu sempurna membuatku enggan menyentuhnya dengan kelabu awan membendung. Hidupku hanya pecahan kaca yang terserak, tak pernah ingin melukai senyumnya yang selalu menyejukkan. 

Dalam perjalanannya, tanpa diduga, ada seseorang yang menyusup masuk. Dalam dingin malam, terpisah ratusan kilometer kala aku membawa sebagian hidupku ke Barat. Mengungsikan akal sehat, berakhir dengan hati yang kosong. Dengan satu telpon, dan sapaan-sapaan lain di setiap malam. Yang datang, yang pergi. Yang selalu memberikan harapan semu berupa janji-janji kita akan ke sana. Ke sana ke mana? Kutanya pada punggung yang kini berbalik, tak lagi bisa kugapai. Lagi-lagi ia memberikan segaris luka pada puisiku. Satu seri yang bahkan aku tidak pernah bisa mengakhirinya dengan benar. 

Tapi dibalik semua itu—aku masih menyatakan itulah tahun terbaik. Di sukarnya masa kuliah, langkahku tak pernah sendiri. Di rumah, di gedung yang terus bertambah tinggi, di kota Jakarta. Menelusuri bangunan tua di utara, termangu di setiap kemacetan selatan, berpiknik di depan Monas, mendatangi gudang toko buku, mencobai segala makanan baru. Ada aku, ada memori terbaik dalam hidup. 

Dan pada akhirnya, menutup tahun dengan segudang cerita. Ada kamu yang lagi-lagi menjadi alasan mengapa aku memilih sendiri, ada kamu yang menjadi jawaban seperti apa rasanya dicintai, ada kamu yang menyamai langkahku di setiap bangunan yang kita pijak. Ada kawan, ada cinta, ada cerita. Ada lagi alasan mengapa meskipun kamu pergi, setidaknya tahun terbaikku adalah kamu


// at least, i met you. 
23.01.25; 7.41pm

#30hbc2522: Keahlian

23/365; 2025.
#30HariBercerita


Pernah ada satu percakapan dalam telpon ketika ada hambatan dan semacamnya dalam pekerjaan. Dan bagaimana menempuh jarak 50 kilo hanya untuk mengecek lapangan yang sedang berjalan, membuatmu menghabiskan tiga jam hanya di jalanan. Sering kali, lelah tidak bisa dibendung. Seringnya, ingin bergelung dalam selimut saja. 

Namun pernah ada satu waktu, sebuah kalimat keluar, "Secapek apapun kamu, kamu kelihatan seneng ngejalaninnya." Refleksi yang keluar dari hari itu adalah, aku juga tidak pernah membayangkan aku menjalani pekerjaan lain. Rasanya berbeda kala menyelesaikan suatu desain, pun masalah yang ada. 

Nyatanya, secinta apapun kamu pada hal yang kau sukai, ada kalanya akan lelah. Pun sebaliknya. Untuk semua kelelahan yang merudung, akan ada penyelesaian untuk segalanya. Kepada waktu, kita akhirnya melebur—membiarkan semesta akhirnya memberikan jawabannya. 


//
23.01.25; 4.58pm

22 Januari 2025

#30hbc2521: (21)

22/365; 2025.
#30HariBercerita


aku berdansa dalam sendu
dua puluh satu—
cinta tak pernah semenyakitkan itu 
mereka berkata harusnya haru 
mengapa tak begitu? 
semenanjung biru
dipenuhi sang pilu 
lidahku kelu
cinta yang telah berlalu
kali ini tinggal luka membelenggu 
satu tahun melewati dua puluh
seharusnya pesta hingga larut
namun aku hanya termangu 
lagi-lagi langitku kelabu 
dan masih dipenuhi kamu


// 
22.01.25; 5.21pm

18 Januari 2025

Rapel #30HBC25.

p. 
#30hbc2512: (grieving is a weird thing)

18/365; 2025.
#30HariBercerita


dunia seolah berhenti sejenak. 

tak tahu definisi perasaan itu. 

hanya dengung panjang, lama

kemudian yang terjadi adalah menyadari bahwa dunia tetap berputar. jarum detik melalukan menit-menit keheningan tersebut. yang kau tahu, dunia terus berjalan. tak peduli di mana kamu berhenti, tak peduli rasa yang kau coba untuk telaah. dunia terus berlalu. dan pada akhirnya, kamu hanya harus terus berjalan sesuai laju yang tak kau tahu arahnya. 


// 
18.01.25; 6.13pm
____________________




g. street lamp (malibu nights - lany)
#30hbc2513: (serenity)

18/365; 2025.
#30HariBercerita


Dalam sejuk nyaman sore itu, di depan laptop yang sudah menemani melewati naik-turun hidup seperti bagaimana adanya, aku mempertanyakan apa yang sebetulnya aku inginkan dalam hidup? Apakah betul kedamaian yang diinginkan, setelah melewati karut-marut hidup? Karena sejatinya, hidup penuh cerita. Dan tidak semuanya berakhir indah. 

Atau yang kuinginkan hanya kebahagiaan? Tapi bagaimana kala sedih mengetuk, berusaha merengut? Sedangkan kita bukan Tuhan, yang bisa memutuskan jalannya cerita. Ada haru, ada biru. Semua ternyata satu. Seperti pelangi yang datang usai badai hujan, namun bisakah ia datang begitu saja tanpa adanya sang rintik?

Di ketenangan senja kala mentari mempersilakan sang gelap hadir, aku tidak menemukan jawaban. Mungkin, semua dijawab kala mencapai umur tiga puluh. Atau empat puluh? Mencoba mengais pengalaman dan cerita terlebih dahulu, sebelum menetap pada satu jawaban. Atau mungkin, kita memang tak akan pernah dapat jawabannya? Entahlah

Dan senja ini berakhir.
Namun tanya-tanya itu akan selalu ada


// kepala yang berisik, untuk jiwa yang ingin sunyi
18.01.25; 7.52pm
____________________




p. (valentine's day - lany)
#30hbc2514: 14.

18/365; 2025.
#30HariBercerita


Membicarakan Valentine adalah satu dari sekian hal yang tidak pernah kurasakan. Cokelat, bunga, cinta. Perayaan. Dirayakan. Pernah ada satu waktu ketika ada kata hampir pernah, namun dengan bodohnya aku melangkah pergi. Ketakutanku akan ditinggalkan membuatku seolah membenarkan untuk lebih dulu menjadi yang jahat untuk keluar dari hal yang rapuh. Aku menyelamatkan diriku, dengan melukai semua yang pernah ada. Dan pada akhirnya, tidak ada yang pernah menyelamatkanku

Dan pada akhirnya, 14 Februari hanya akan menjadi hari biasa dengan korting harga cokelat di setiap swalayan kecil. Namun pada akhirnya, aku memilih untuk tidak membelinya. Aku memilih pergi lagi, untuk merayakan diriku sendiri. Merayakan sunyi yang entah untuk sampai kapan. 


// 
18.01.25; 10.33pm
____________________




g. sunset (rose - two years)
#30hbc2515: unpopular opinion

18/365; 2025.
#30HariBercerita


Perjalanan untuk move on adalah hal paling aneh yang pernah kuketahui. Satu waktu kamu akan baik-baik saja, seperti hidup sebelum dia ada. Seolah hidupmu kembali seperti sedia kala. Tidak ada yang perlu disesali, pun hal-hal buruk yang kini seperti angin lalu. Semua pergi, seolah ia juga membawanya. 

Namun satu lagi terputar begitu saja, dan seolah hari-harimu kembali pada semua yang pernah terjadi. Kepada rasa bahagia yang ia beri dengan senyum dan lelucon receh di tengah sulitnya hari. Kepada payung warna-warni bodoh di tengah rintik hujan perkotaan padat lalu lintas, namun kamu akan selalu memaafkan pilihan-pilihan bodohnya. Kepada Agustus yang sekarang seperti cubitan pada hatimu, karena kamu akan selalu ingat meski ia mungkin sudah tidak peduli

Healing is a bullshit thing. Yang ada hanya you suck it all up, and life just goes on and on


// 
18.01.25; 6.41pm
____________________




p. 
#30hbc2516: (telat)

18/365; 2025.
#30HariBercerita


Ini aku, yang memikirkan harus merapel beberapa hari tulisan karena satu dan lain hal. Dan kata terlambat membuatku termangu. Apakah betul, ada kata terlambat untuk hidup ini? Apakah betul ada kata telat nikah karena semua orang di umurmu—bahkan yang lebih muda, telah lebih dulu membangun rumah tangganya? Apakah betul ada kata telat pada setiap jenjang karir, seolah ketika kamu hanya di situ-situ saja, kamu terbelakang dari semua karir yang ada? Apakah betul... ketika semua sudah melaju, kamu terlambat untuk merasakan hidup?

Dua puluh enam, dan dalam empat bulan lagi berganti tahun. Ketika semua sudah, mengapa aku yang masih di sini disebut terlambat? Padahal ada kalanya orang berkata: life starts in 30s. Ada jurnal yang bilang, bahkan di umur dua puluh lima, otak kecilmu belum sepenuhnya terbentuk. Lalu mengapa semua mengharapkan kita sudah unggul dalam hidup? Sudah menggapai semua hal yang seharusnya sudah kamu dapat?

Apakah benar, ketika semua sudah, kamu terlambat untuk melaluinya usai mereka?


// 
18.01.25; 7.36pm 
____________________




g.
#30hbc2517: 

18/365; 2025.
#30HariBercerita


Dan rindu itu hadir—menyusup, membuatmu mempertanyakan kewarasan dan integritasmu menjadi manusia. Perempuan. Menyelipkan pesan-pesan tersirat di setiap cerita yang kamu bagi, seperti bocah SMP yang menantikan sang pujaan hati memperhatikan bait-baitnya. Mengecek setiap siapa saja yang hadir menjadi penonton, walau mungkin tidak menjadi pembaca. Padahal, aku menitipkan setitik asa dan harap di sela-selanya. 

Meremas hati yang tak pernah tahu disebut apa hal-hal yang kita bagi. Adalah malam-malam aku menanti telponmu, dan pernyataan cinta kala kamu tak lagi mabuk. Melanturkan setiap dendam lama, namun tak pernah satu pun kita melaju untuk yang baru. Kita berputar-putar pada perasaan lama. Apakah ini hanya memang tentang yang telah berlalu?

Novel Satine yang menamparku untuk hal-hal yang sedang kualami di tengah ketiadaan kamu. Tapi untuk alasan-alasan yang semua tentang aku. Yang ingin dicintai, yang ingin punya teman cerita. Yang tersesat dalam kegelisahan, dan pikiran-pikiran asing tak ingin kujamahi. Suaramu seperti lagu pengantar tidur, walau pada akhirnya aku akan selalu terjaga untuk dada yang membuncah pada perasaan yang tidak bisa kudefinisikan. 

Aku memilin jemariku—menahan diri untuk tidak mengirimkan satu kalimat berupa cinta. Mungkin sebaiknya, aku meleburkan rindu dan lara ini pada tulisan-tulisan tentangmu. Sampai kapannya, aku tidak tahu. Namun ketahuilah, ada kamu di setiap frasa-frasa yang hadir di media sosialku.


// tentang rindu dan setitik lara.
18.01.25; 11.41pm
____________________




p. (about you - the 1975)
#30hbc2518: percakapan

18/365; 2025.
#30HariBercerita


Jariku menggulirkan laman pada ponsel dan melihat dua aplikasi lokapasar terkenal karena aku sedang menunggu paket yang kubeli di kedua tempat tersebut. Tiga paket pada toko oren, dan satu pada toko hijau. Dan bagaimana reaksiku setiap kali melacak di mana paketku namun terlalu pusing dengan toko hijau. Teringat percakapan malam itu tentang UI/UX dan tetek bengeknya. Dan bagaimana perbedaan perilaku perempuan dan laki-laki dalam menghadapi kedua lokapasar tersebut. Dan bagaimana percakapan lain mengalir tanpa perlu diundang. Dan bagaimana malam itu, kegelisahan yang kerap kali hadir, hilang begitu saja.

Kepada percakapan soal kekacauan pada konser-konser, kepada keluarga yang tak pernah sempurna, kepada piringan penyimpanan mana yang sebaiknya dipakai, kepada perempuan yang selalu hadir di hidupmu, kepada lagu-lagu dan film-film yang kita bagi, kepada dunia yang acapkali berputar begitu saja dan meninggalkan kita dengan sejuta kata "ya udah lah ya, gimana lagi", kepada percakapan yang selalu dimulai tengah malam. Dan apakah di antaranya masih ada rasa? Entahlah. Sejatinya, saat ini semua hanya terjadi dan aku tidak pernah bisa memberikan label yang benar untuk apapun yang ada di antaranya. 


// malam-malamku, masih kamu
18.01.25; 6.06pm