entah mengapa aku merasa bodoh. menanti jawaban dari chat yang kukirim. menanti dan menanti. masih enggan untuk mencari jalan lain untuk menghubungimu. untuk mengucapkan selamat ulang tahun yang sedari tadi tersimpan di chat yang tidak terkirim.
kutimang ponselku.
risau rasanya menanti seperti ini.
berekspektasi, namun terlalu berlebihan.
dan waktu terus berjalan. aku berdoa dalam hati semoga engkau cepat membaca. agar aku tidak terlambat mengucapkan. walaupun mungkin, aku tidak bisa disana, di sisimu, untuk merayakan hari kelahiranmu ini. setidaknya, aku tetap mengingat hari spesialmu. walaupun aku tahu, sudah lewat masanya aku menjadi seseorang yang spesial untukmu. sudah tergantikan oleh dia yang bersamamu saat ini.
malam sudah hampir berganti.
dan aku masih duduk bodoh menimang ponselku. tidak ada jawaban. ah, tidak tidak. belum, mungkin nanti. mungkin dia sibuk. mungkin... ah sudahlah.
selamat bertambah umur,
selamat berbahagia.
"...
Aku tidak tahu kemalangan jenis apa yang menimpa kamu, tapi aku ingin percaya
ada insiden yang cukup dahsyat di dunia serba selular ini hingga kamu tidak
bisa menghubungiku. Mungkinkah matahari lupa ingatan, lalu keasyikan terbenam
atau terlambat terbit? Bahkan kiamat pun hanya berbicara soal arah yang
terbalik, bukan soal perubahan jadwal."
Ribuan detik kuhabisi
Jalanan
lengang kutentang
Oh,
gelapnya, tiada yang buka
Adakah dunia
mengerti?
Miliaran panah jarak kita
Tak jua
tumbuh sayapku
Satu-satunya
cara yang ada
Gelombang
tuk ku bicara
Tahanlah, wahai Waktu
Ada
"Selamat ulang tahun"
Yang harus
tiba tepat waktunya
Untuk dia
yang terjaga menantiku
Tengah malamnya lewat sudah
Tiada
kejutan tersisa
Aku
terlunta, tanpa sarana
Saluran tuk
ku bicara
Jangan berjalan, Waktu
Ada
"Selamat ulang tahun"
Yang harus
tiba tepat waktunya
Semoga dia
masih ada menantiku